Foto : Donald Trump saat pidato di Gedung Putih |
Jakarta, Corong Demokrasi,- Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dilaporkan sempat berniat membunuh Presiden Suriah, Bashar al-Assad, pada 2017, tetapi berhasil dicegah oleh Menteri Pertahanan AS saat itu, James 'Jim' Norman Mattis.
"Saya lebih suka menyingkirkannya. Saya sudah menyiapkannya," kata Trump saat diwawancara dalam program berita pagi, Fox and Friends, di stasiun televisi Fox News, seperti dikutip AFP, (16/09/2020)."(Tapi) Mattis tidak ingin melakukannya.
"Saya lebih suka menyingkirkannya. Saya sudah menyiapkannya," kata Trump saat diwawancara dalam program berita pagi, Fox and Friends, di stasiun televisi Fox News, seperti dikutip AFP, (16/09/2020)."(Tapi) Mattis tidak ingin melakukannya.
"Mattis adalah jenderal yang terlalu berlebihan, dan saya membiarkannya pergi. Saya menganggap dia (Assad) jelas bukan orang baik, tapi saya punya kesempatan untuk menyingkirkannya jika saya mau dan Mattis menentangnya. Mattis menentang sebagian besar (rencana) itu," pungkas Trump.
Dalam wawancara itu, Trump mengatakan bahwa dia tidak menyesali keputusan untuk tidak menargetkan Assad, dia mengatakan dia "bisa hidup dengan cara itu".
Pengungkapan tersebut mendukung pemberitaan yang muncul pada 2018, ketika jurnalis surat kabar The Washington Post, Bob Woodward menerbitkan buku berjudul "Fear: Trump in the White House" dan saat itu dibantah oleh sang Presiden.
"(Pemikiran) itu bahkan tidak pernah dipikirkan," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih, pada 5 September 2018.Trump dilaporkan mempertimbangkan untuk membunuh Assad setelah Presiden Suriah itu melakukan serangan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil pada April 2017.
Dalam buku yang ditulis Woodward, Trump menuturkan pasukan AS harus "masuk" dan "membunuh" Assad.
Woodward juga menulis bahwa Mattis mengatakan kepada Trump bahwa dia akan "melakukannya dengan benar", tapi kemudian Mattis kembali dengan rencana serangan udara yang lebih terbatas.
Pernyataan Trump muncul sebagai bagian dari hukuman terhadap Mattis. Padahal, sebelumnya Trump sempat memujinya sebagai "orang hebat" ketika dipekerjakan di Kementerian Pertahanan AS (Pentagon).
Dalam wawancara itu, Trump mengatakan bahwa dia tidak menyesali keputusan untuk tidak menargetkan Assad, dia mengatakan dia "bisa hidup dengan cara itu".
Pengungkapan tersebut mendukung pemberitaan yang muncul pada 2018, ketika jurnalis surat kabar The Washington Post, Bob Woodward menerbitkan buku berjudul "Fear: Trump in the White House" dan saat itu dibantah oleh sang Presiden.
"(Pemikiran) itu bahkan tidak pernah dipikirkan," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih, pada 5 September 2018.Trump dilaporkan mempertimbangkan untuk membunuh Assad setelah Presiden Suriah itu melakukan serangan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil pada April 2017.
Dalam buku yang ditulis Woodward, Trump menuturkan pasukan AS harus "masuk" dan "membunuh" Assad.
Woodward juga menulis bahwa Mattis mengatakan kepada Trump bahwa dia akan "melakukannya dengan benar", tapi kemudian Mattis kembali dengan rencana serangan udara yang lebih terbatas.
Pernyataan Trump muncul sebagai bagian dari hukuman terhadap Mattis. Padahal, sebelumnya Trump sempat memujinya sebagai "orang hebat" ketika dipekerjakan di Kementerian Pertahanan AS (Pentagon).
Mattis akhirnya mengundurkan diri pada akhir 2018 karena menyatakan tidak sepakat dengan sejumlah kebijakan Trump.
Assad telah memerintah Suriah selama perang saudara yang terjadi bertahun-tahun dan menyebabkan kehancuran, yang merenggut ratusan ribu nyawa.
Pemerintahan Assad dituduh melakukan serangkaian kejahatan kemanusiaan termasuk penyiksaan, pemerkosaan, dan penggunaan senjata kimia.
Assad telah memerintah Suriah selama perang saudara yang terjadi bertahun-tahun dan menyebabkan kehancuran, yang merenggut ratusan ribu nyawa.
Pemerintahan Assad dituduh melakukan serangkaian kejahatan kemanusiaan termasuk penyiksaan, pemerkosaan, dan penggunaan senjata kimia.
*(ari)