Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita


Lika-Liku Kehidupan Seorang Demonstran

November 25, 2019 Last Updated 2019-12-25T15:03:01Z

Sehabis membaca notes dari seorang aktivis berintelektual, saya termenung. Saya memutar kembali memori saat masih tinggal di Bima dan ‘dipaksa’ untuk kuliah ke makassar karena keadaan lingkungan yang amat tidak memungkinkan saat itu. Masih tergambar jelas di benak saya tentang kerusuhan pada peristiwa 1998 yang menewaskan rekan-rekan mahasiswa, sang pahlawan revolusi. Saya bergedik saat mengingat umur saya yang masih sangat kecil, tapi harus berpacu dengan waktu untuk berjaga-jaga menghadapi ‘serangan’ yang kapan saja bisa terjadi. Dan juga setiap malam yang penuh cekaman karena ajiku dan para tetangga terus berjaga-jaga, sampai pada akhirnya, ajiku memutuskan untuk memindahkan saya ke kota makassar, menurut ajiku saat itu merupakan daerah yang aman untuk ditempat demi menjaga mental dan pertumbuhan anak-anaknya.

Kini, bukan ketakutan lagi yang ada di hati saya jika mengingat peristiwa itu. Semangat mahasiswa saat itu sangat tinggi. Semangat mereka untuk Indonesia yang lebih baik, semangat mereka untuk menggulingkan orde baru dan menaikkan demokrasi. Mereka rela mati demi memajukan Indonesia yang lebih baik.

Apakah hasil dari perjuangan mereka ? hasilnya adalah KITA !! kita bisa menikmati indahnya demokrasi tanpa takut merasa terbatasi. Kita memiliki hak untuk berbicara dan berpendapat, tanpa takut ‘ditangkap’. Kita, adalah para penyambung lidah rakyat ! kita, generasi penerus bangsa !!

Namun, letupan semangat itu mulai pudar saat ini. Banyak mahasiswa yang hanya menjadi kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Sedikit dari mereka yang mau menikmati indahnya beraktivis di dunia kampus. Dipikiran mereka hanya IP, IP, IP, dan IP !!

Saya teringat pesan seorang rektor di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) ternama pada mahasiswanya sewaktu ospek “jika kalian masuk kampus ini hanya untuk mengejar IP, saya anggap kalian ini hanya SAMPAH !!” kata-kata yang sungguh keras, namun jika orang yang mendengar mengerti apa yang dimaksud, niscaya, kata-kata itu adalah sebuah motivasi untuk kita.

Saya sangat menikmati kehidupan saya menjadi seorang aktivis dalam kampus saya. Banyak yang bisa saya dapatkan ketika saya memutuskan untuk menjadi seorang aktivis. Serunya mengerjakan tugas aktivis saat yang lain sedang libur, serunya membagi waktu antara tugas sebagai aktivis dengan tugas sebagai mahasiswa, serunya ketika suasana dalam lingkup suatu event menjadi ‘panas’ karena adanya mahasiswa yang menjadikan provokasi dalam event tersebut, dan nikmatnya ketika kami mengajukan suatu aspirasi ke.

Penulis : Fija Turrahman


×
Berita Terbaru Update