Foto : Ist. |
Corong Demokrasi,- Mundurnya Rusdin Abdullah (RUDAL) di Pemilihan Walikota Makassar 2024 (Pilwalkot) menjadi perbincangan hangat warga Kota Makassar.
Rusdin Abdullah yang merupakan figur kuat bakal calon walikota Makassar yang di rilis lembaga survey kredibel beberapa waktu lalu memiliki elektabilitas tertinggi kedua di antara bakal calon lainnya.
Tak jadinya Rudal akronim Rusdin Abdullah bertarung di pilwalkot, memunculkan tanda tanya besar, ada apa?.
Tersiar kabar, karena partai politik yang jauh hari sudah menyatakan akan mengusung Rudal bertarung sebagai calon walikota merubah formasi.
Sudah jauh hari ada partai politik, fix mengusung Rudal sebagai calon Walikota, tapi dalam penjajakan rekomendasi menjelang pendaftaran, tersiar kabar Rudal di minta posisi kosong dua atau posisi wakil walikota.
Amar Anggriawan, salah satu aktivis Sulsel dan juga merupakan simpatisan Rudal, sangat menyayangkan mundurnya Rudal di perhelatan Pilwalkot Makassar 27 November mendatang.
Amar Anggriawan, meminta kepada para partai politik untuk bisa lebih responsif terhadap keinginan masyarakat khususnya di dalam setiap pemilihan umum kepala daerah.
Ia menegaskan, agar jangan sampai ada partai politik justru memaksakan, memajukan calon kepala daerah yang bertentangan dengan keinginan pemilih atau masyarakat.
Rudal yang mengusung tagline "Sayang Makassar" merupakan figur kuat yang sudah teruji, dan sangat di harapkan kehadirannya menjadi Walikota Makassar periode mendatang.
“Andai sosok Rudal tidak di sukai oleh Masyarakat Kota Makassar, maka otomatis akan terpotret hasil survey elektabilitas Rudal pasti tidak melejit. Dan pastinya kalangan tokoh masyarakat juga pasti banyak yang menolak," jelas Amar Anggriawan yang merupakan mantan Aktivis Mahasiswa kepada wartawan di Sulsel, Sabtu (20/7/2024).
Seharusnya paling ideal di lakukan partai politik sebagai garda terdepan demokrasi, harus mengusung figur yang memang betul-betul bisa di terima oleh pemilih.
"Paling tepatnya mengusung figur yang memang betul-betul di harapkan oleh pemilih atau masyarakat di wilayah tersebut, bukan karena ada desakan dari kalangan penguasa atau elit,” ujarnya.
Amar Anggriawan yang juga menjabat sebagai Comandante Federasi Gerakan Buruh Indonesia menyikapi insidentil atas gagalnya Rudal bertarung di pilwalkot Makassar
"Padahal aspirasi sebagian masyarakat Kota Makassar khususnya Mahasiswa & buruh sudah banyak menitipkan ke Pak Rudal ketika menjadi Walikota. Saya pribadi sangat kesal dan kecewa atas mundurnya sosok figur potensial Kota Makassar," sesalnya.
Mundurnya Rudal bertarung, juga menjadi tolak ukur bahwa demokrasi di lingkup kita ini sudah tidak baik-baik saja.
Karena itu dia berharap, seluruh partai politik tidak serampangan mengeluarkan rekomendasi kepada usungannya.
Amar Anggriawan, juga mendorong partai politik untuk mencari figur yang memang kapasitas mumpuni, serta secara riset teruji di terima oleh publik, agar tercipta pemimpin yang memang bisa membangun kesejahteraan rakyat dan daerah.
"Dalam menjaga marwah demokrasi, jangan paksakan mendorong figur yang tidak berkapasitas, apalagi secara elektabilitas sangat lemah, karena bisa jadi akan menghalalkan segala cara agar bisa menang," tutupnya.
Rusdin Abdullah yang merupakan figur kuat bakal calon walikota Makassar yang di rilis lembaga survey kredibel beberapa waktu lalu memiliki elektabilitas tertinggi kedua di antara bakal calon lainnya.
Tak jadinya Rudal akronim Rusdin Abdullah bertarung di pilwalkot, memunculkan tanda tanya besar, ada apa?.
Tersiar kabar, karena partai politik yang jauh hari sudah menyatakan akan mengusung Rudal bertarung sebagai calon walikota merubah formasi.
Sudah jauh hari ada partai politik, fix mengusung Rudal sebagai calon Walikota, tapi dalam penjajakan rekomendasi menjelang pendaftaran, tersiar kabar Rudal di minta posisi kosong dua atau posisi wakil walikota.
Amar Anggriawan, salah satu aktivis Sulsel dan juga merupakan simpatisan Rudal, sangat menyayangkan mundurnya Rudal di perhelatan Pilwalkot Makassar 27 November mendatang.
Amar Anggriawan, meminta kepada para partai politik untuk bisa lebih responsif terhadap keinginan masyarakat khususnya di dalam setiap pemilihan umum kepala daerah.
Ia menegaskan, agar jangan sampai ada partai politik justru memaksakan, memajukan calon kepala daerah yang bertentangan dengan keinginan pemilih atau masyarakat.
Rudal yang mengusung tagline "Sayang Makassar" merupakan figur kuat yang sudah teruji, dan sangat di harapkan kehadirannya menjadi Walikota Makassar periode mendatang.
“Andai sosok Rudal tidak di sukai oleh Masyarakat Kota Makassar, maka otomatis akan terpotret hasil survey elektabilitas Rudal pasti tidak melejit. Dan pastinya kalangan tokoh masyarakat juga pasti banyak yang menolak," jelas Amar Anggriawan yang merupakan mantan Aktivis Mahasiswa kepada wartawan di Sulsel, Sabtu (20/7/2024).
Seharusnya paling ideal di lakukan partai politik sebagai garda terdepan demokrasi, harus mengusung figur yang memang betul-betul bisa di terima oleh pemilih.
"Paling tepatnya mengusung figur yang memang betul-betul di harapkan oleh pemilih atau masyarakat di wilayah tersebut, bukan karena ada desakan dari kalangan penguasa atau elit,” ujarnya.
Amar Anggriawan yang juga menjabat sebagai Comandante Federasi Gerakan Buruh Indonesia menyikapi insidentil atas gagalnya Rudal bertarung di pilwalkot Makassar
"Padahal aspirasi sebagian masyarakat Kota Makassar khususnya Mahasiswa & buruh sudah banyak menitipkan ke Pak Rudal ketika menjadi Walikota. Saya pribadi sangat kesal dan kecewa atas mundurnya sosok figur potensial Kota Makassar," sesalnya.
Mundurnya Rudal bertarung, juga menjadi tolak ukur bahwa demokrasi di lingkup kita ini sudah tidak baik-baik saja.
Karena itu dia berharap, seluruh partai politik tidak serampangan mengeluarkan rekomendasi kepada usungannya.
Amar Anggriawan, juga mendorong partai politik untuk mencari figur yang memang kapasitas mumpuni, serta secara riset teruji di terima oleh publik, agar tercipta pemimpin yang memang bisa membangun kesejahteraan rakyat dan daerah.
"Dalam menjaga marwah demokrasi, jangan paksakan mendorong figur yang tidak berkapasitas, apalagi secara elektabilitas sangat lemah, karena bisa jadi akan menghalalkan segala cara agar bisa menang," tutupnya.
*(red)