Corong Demokrasi,- Pemerintah Indonesia tengah diperhadapkan dengan situasi sulit, yakni menentukan kebijakan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pemerintah telah mengalokasikan anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini mencapai Rp 502,4 triliun, diperuntukkan bagi subsidi energi sebesar Rp 208,9 triliun dan kompensasi energi sebesar Rp 293,5 triliun.
Kuota volume Pertalite yang ditetapkan sebesar 23 juta kilo liter, hingga akhir Juli 2022 sudah terpakai hingga 16,4 juta kilo liter. Sehingga saat ini hanya tersisa 6,6 juta kilo liter yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Juga diperkirakan kuota ini akan habis pada akhir September 2022.
Hal yang sama juga untuk kuota volume Solar, di mana kuota yang ditetapkan mencapai 15,1 juta kilo liter, hingga Juli 2022 volumenya sudah terpakai 9,88 juta kilo liter. Sehingga saat ini kuotanya hanya tersisa kurang lebih 5,22 juta kilo liter dan akan habis pada Oktober 2022 ini.
Berbeda dengan Rusia dikala RI pusing soal BBM, Rusia malah ketiban 'durian runtuh' dari minyaknya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan alasan mengapa perang Rusia dan Ukraina belum juga usai. Ternyata ada yang diuntungkan dari perang ini.
Harga minyak dunia melonjak naik imbas perang Rusia-Ukraina. Namun, meski Rusia menjual harga minyak di bawah harga pasar, negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin ini tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar per hari.
"Kenapa perang Rusia dan Ukraina ini akan cukup lama? Karena ini sangat profitable," ujar Sandiaga melalui akun TikTok-nya, dikutip Minggu (28/8/2022).
Diketahui, Rusia menduduki peringkat kedua dengan produk ekspor terbesar dunia. Negeri Beruang Merah tersebut mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 72,6 miliar pada tahun 2020.
Sementara, menurut data International Energy Agency (IEA), produksi minyak mentah dan kondensat Rusia mencapai 10,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut merupakan 14% dari total pasokan global.
Dengan perkiraan total ekspor yang besar ini, Rusia dikabarkan menjual harga minyak mentahnya dengan harga yang sangat murah, atau dikorting lebih dari 30% dari harga jual minyak mentah dunia seperti minyak Brent. Hal ini imbas dari negara-negara Uni Eropa yang melarang impor minyak dari negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.
Pendapatan Rusia dari ekspor minyak dan gas (migas) diperkirakan akan mengalami kenaikan yang cukup tinggi tahun ini. Hal ini terjadi saat negara itu menghadapi embargo migas dari negara-negara Barat akibat serangan ke Ukraina.
Menurut Sandiaga, meski Rusia menjual harga minyak di bawah harga pasar, negara tersebut ini tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar per hari. Sandiaga menyebut biaya perang Rusia hanya sekitar US$ 1 miliar. Sehingga Rusia itu mendapat cuan sebanyak US$ 5 miliar.
Dengan kortingan harga yang jauh lebih rendah dari harga minyak mentah dunia itu, menunjukkan bahwa negara penghasil minyak terbesar ketiga dunia ini tidak dapat sepenuhnya menikmati durian runtuh dari kenaikan harga minyak di pasar internasional.
Harga minyak dunia melonjak naik imbas perang Rusia-Ukraina. Namun, meski Rusia menjual harga minyak di bawah harga pasar, negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin ini tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar per hari.
"Kenapa perang Rusia dan Ukraina ini akan cukup lama? Karena ini sangat profitable," ujar Sandiaga melalui akun TikTok-nya, dikutip Minggu (28/8/2022).
Diketahui, Rusia menduduki peringkat kedua dengan produk ekspor terbesar dunia. Negeri Beruang Merah tersebut mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 72,6 miliar pada tahun 2020.
Sementara, menurut data International Energy Agency (IEA), produksi minyak mentah dan kondensat Rusia mencapai 10,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut merupakan 14% dari total pasokan global.
Dengan perkiraan total ekspor yang besar ini, Rusia dikabarkan menjual harga minyak mentahnya dengan harga yang sangat murah, atau dikorting lebih dari 30% dari harga jual minyak mentah dunia seperti minyak Brent. Hal ini imbas dari negara-negara Uni Eropa yang melarang impor minyak dari negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.
Pendapatan Rusia dari ekspor minyak dan gas (migas) diperkirakan akan mengalami kenaikan yang cukup tinggi tahun ini. Hal ini terjadi saat negara itu menghadapi embargo migas dari negara-negara Barat akibat serangan ke Ukraina.
Menurut Sandiaga, meski Rusia menjual harga minyak di bawah harga pasar, negara tersebut ini tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar per hari. Sandiaga menyebut biaya perang Rusia hanya sekitar US$ 1 miliar. Sehingga Rusia itu mendapat cuan sebanyak US$ 5 miliar.
Dengan kortingan harga yang jauh lebih rendah dari harga minyak mentah dunia itu, menunjukkan bahwa negara penghasil minyak terbesar ketiga dunia ini tidak dapat sepenuhnya menikmati durian runtuh dari kenaikan harga minyak di pasar internasional.
*(don)