Foto : Siti Marni, Mahasiswa semester II jurusan PGSD St. Paulus Ruteng. |
Corong Demokrasi,- Saat ini, dunia menghadapi masalah besar. Berawal dari merebaknya penyakit yang disebabkan oleh virus yang biasa dikenal dengan Covid-19, dunia dihebohkan dengan perubahan yang semakin mengkhawatirkan di hampir setiap aspek kehidupan. Perekonomian dunia yang semakin melemah dan hubungan sosial yang semakin menurun mengakibatkan kurangnya interaksi dan kepedulian terhadap sesama, Semua orang merasakan dampak dari virus COVID-19 ini, terutama di bidang pendidikan. Kita harus siap menghadapi perubahan ini, karena cepat atau lambat pandemi COVID-19 akan membawa perubahan dramatis dalam dunia pendidikan.
Saat ini pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan, salah satunya adalah pembatalan semua acara institusi pendidikan (tatap muka), hal ini untuk mencegah penyebaran virus corona atau covid 19.
Hal ini tentu berdampak besar bagi perkembangan pendidikan anak-anak yang saat ini perlu belajar mandiri secara online (dalam jaringan). Pembelajaran online atau online adalah sistem pembelajaran tanpa tatap muka langsung antara guru dan siswa, tetapi pembelajaran dilakukan melalui jaringan internet. Hal ini menjadi tantangan besar bagi guru karena dalam hal ini guru juga harus mampu mengelola, merancang media pembelajaran (media online) untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mencegah atau memprediksi kebosanan siswa dalam model online.
Tidak hanya itu, dalam penerapan pembelajaran online banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang disebabkan oleh beberapa faktor:
Pertama, siswa yang tidak memiliki gadget, siswa yang tidak banyak mengetahui tentang penggunaan teknologi, hal ini sering terjadi siswa tingkat TK dan SD (SD). Selain itu, masalah utama yang dihadapi siswa adalah jaringan yang tidak memadai. Hal ini menjadi tantangan besar bagi siswa, tidak terkecuali orang tua, karena orang tua dituntut untuk mendampingi siswa dalam proses pembelajaran online, dan kenyataannya tidak sedikit orang tua yang kurang memahami penggunaan teknologi. proses pembelajaran daring ini.
Kedua, kurangnya interaksi fisik antara guru dan siswa, seperti dalam pembelajaran online, siswa hanya dapat memberikan tugas melalui WhatsApp. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas karena guru tidak memiliki penjelasan awal tentang tugas yang diberikan. Siswa hanya dituntut untuk bekerja tanpa dijelaskan, sehingga banyak siswa yang mengeluh dan tidak semangat lagi untuk mengerjakan PR.
Ketiga, guru memberikan banyak tugas, tetapi waktu yang diberikan sangat singkat. Bagaimana seorang anak bisa belajar dengan baik dalam keadaan seperti itu. Keempat, karena kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, maka internalisasi nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan guru pada siswa otomatis berkurang. Hal ini akan mengakibatkan degradasi moral anak atau siswa, karena tugas guru tidak hanya mengajar, memberikan ilmu (pelajaran), tetapi juga mendidik siswa (akhlak dan pembentukan karakter). Namun, hal ini tidak boleh mematahkan semagat guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, tidak boleh mematahkan semagat siswa dalam belajar, pandemi covid ini tidak boleh mematahkan semangat dan harapan kita semua.
Di balik kesedihan seluruh belahan dunia ini, kita harus mampu mengambil hikmah dari pandemi covid 19 ini. Pandemi covid 19 ini mungkin saja datang sebagai ujian untuk kita semua, apakah kita mampu mencerdaskan kehidupan bangsa walau dalam kondisi seperti ini.
Penulis : Siti Marni (Mahasiswa semester ll Prodi PGSD UNIKA St. Paulus Ruteng)