Foto : Eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto |
Corong Demokrasi,- Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjamin tim peneliti Vaksin Nusantara secara keseluruhan asli Warga Negara Indonesia (WNI). Klaim itu ia sampaikan sekaligus menepis pernyataan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tempo hari yang menyebut tim peneliti vaksin besutan Terawan didominasi warga negara Amerika Serikat (AS).
"Bule masuk lihat bagaimana orang Indonesia bekerja, ditonton orang bule. Berbeda dengan pendapat orang [BPOM], orang bule yang bekerja dan orang Indonesia menonton, tidak," kata Terawan dalam video yang diunggah melalui kanal YouTube RKN Media pada Jumat (16/4/2021) lalu.
Terawan menyampaikan hal itu sembari berbincang dengan pasangan selebritas Anang Hermansyah dan Ashanty yang menjalani pengambilan sampel darah untuk Vaksin Nusantara di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto pada hari yang sama.
"Di sini semua 100 persen yang bekerja orang Indonesia," imbuh Terawan.
Kepala BPOM Penny K Lukito sebelumnya sempat membeberkan temuan hasil kajian dan inspeksi pada penelitian uji klinis fase I Vaksin Nusantara. Temuan itu menurutnya membuat BPOM akhirnya urung memberikan izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II.
BPOM menemukan, mulai dari komponen yang digunakan dalam penelitian tidak sesuai pharmaceutical grade, kebanyakan impor, hingga antigen virus yang digunakan bukan berasal dari virus corona di Indonesia sehingga tidak sesuai dengan klaim vaksin karya anak bangsa.
Penny lantas menyebut tim peneliti Vaksin Nusantara didominasi orang asing yang merupakan pihak sponsor yakni AIVITA Biomedical Inc dari AS. Dia juga mengungkap bahwa tim peneliti Universitas Diponegoro dan RSUP dr. Kariadi Semarang tak banyak ikut andil dalam proses uji klinis I vaksin nusantara ini.
"Memang ada training para dokter di RSUP Kariadi tersebut, Tapi kemudian mereka hanya menonton, tidak melakukan langsung, karena dalam pertanyaan juga mereka tidak menguasai," Penny dalam rapat dengar dengan Komisi IX DPR RI yang disiarkan secara daring, Kamis (8/4/2021).
Selain itu dalam rilis hasil inspeksi BPOM terhadap Vaksin Nusantara, Penny membeberkan proses pembuatan vaksin berbasis sel dendritik ini meskipun telah dilakukan pelatihan ke staf di RS Kariadi tapi pada pelaksanaannya tetap dilakukan tim dari AIVITA Biomedica.
Tak hanya itu, dari hasil inspeksi menurut Penny, peneliti utama dr Djoko dari RSPAD Gatot Soebroto dan dr Karyana dari Balitbangkes justru tak mengetahui isi dari beberapa komponen tambahan dalam sediaan vaksin.
Merespons itu, dr Karyana pun menyayangkan apa yang disampaikan Penny. Sebab menurutnya tawaran bantuan dari AS merupakan proses transfer alih teknologi. Nantinya, Indonesia secara bertahap bakal mengembangkan vaksin secara mandiri dan penuh.
Karyana lantas menegaskan pada tiga subjek pilot project di awal memang dikerjakan oleh tim AIVITA dari AS. Tapi menurutnya, ketika uji klinis pada 28 relawan, tim dari RSUP dr Kariadi sudah bisa melakukan secara mandiri.
Sebagaimana diketahui penelitian vaksin Nusantara dilakukan tim peneliti dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan, RSPAD Gatot Subroto, RSUP dr Kariadi dan Universitas Diponegoro. Penelitian ini disponsori oleh PT. Rama Emerald atau PT. AIVITA Indonesia yang bekerja sama dengan Balitbangkes Kemenkes.
Terawan menyampaikan hal itu sembari berbincang dengan pasangan selebritas Anang Hermansyah dan Ashanty yang menjalani pengambilan sampel darah untuk Vaksin Nusantara di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto pada hari yang sama.
"Di sini semua 100 persen yang bekerja orang Indonesia," imbuh Terawan.
Kepala BPOM Penny K Lukito sebelumnya sempat membeberkan temuan hasil kajian dan inspeksi pada penelitian uji klinis fase I Vaksin Nusantara. Temuan itu menurutnya membuat BPOM akhirnya urung memberikan izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II.
BPOM menemukan, mulai dari komponen yang digunakan dalam penelitian tidak sesuai pharmaceutical grade, kebanyakan impor, hingga antigen virus yang digunakan bukan berasal dari virus corona di Indonesia sehingga tidak sesuai dengan klaim vaksin karya anak bangsa.
Penny lantas menyebut tim peneliti Vaksin Nusantara didominasi orang asing yang merupakan pihak sponsor yakni AIVITA Biomedical Inc dari AS. Dia juga mengungkap bahwa tim peneliti Universitas Diponegoro dan RSUP dr. Kariadi Semarang tak banyak ikut andil dalam proses uji klinis I vaksin nusantara ini.
"Memang ada training para dokter di RSUP Kariadi tersebut, Tapi kemudian mereka hanya menonton, tidak melakukan langsung, karena dalam pertanyaan juga mereka tidak menguasai," Penny dalam rapat dengar dengan Komisi IX DPR RI yang disiarkan secara daring, Kamis (8/4/2021).
Selain itu dalam rilis hasil inspeksi BPOM terhadap Vaksin Nusantara, Penny membeberkan proses pembuatan vaksin berbasis sel dendritik ini meskipun telah dilakukan pelatihan ke staf di RS Kariadi tapi pada pelaksanaannya tetap dilakukan tim dari AIVITA Biomedica.
Tak hanya itu, dari hasil inspeksi menurut Penny, peneliti utama dr Djoko dari RSPAD Gatot Soebroto dan dr Karyana dari Balitbangkes justru tak mengetahui isi dari beberapa komponen tambahan dalam sediaan vaksin.
Merespons itu, dr Karyana pun menyayangkan apa yang disampaikan Penny. Sebab menurutnya tawaran bantuan dari AS merupakan proses transfer alih teknologi. Nantinya, Indonesia secara bertahap bakal mengembangkan vaksin secara mandiri dan penuh.
Karyana lantas menegaskan pada tiga subjek pilot project di awal memang dikerjakan oleh tim AIVITA dari AS. Tapi menurutnya, ketika uji klinis pada 28 relawan, tim dari RSUP dr Kariadi sudah bisa melakukan secara mandiri.
Sebagaimana diketahui penelitian vaksin Nusantara dilakukan tim peneliti dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan, RSPAD Gatot Subroto, RSUP dr Kariadi dan Universitas Diponegoro. Penelitian ini disponsori oleh PT. Rama Emerald atau PT. AIVITA Indonesia yang bekerja sama dengan Balitbangkes Kemenkes.
*(don)