Foto : Ist |
Corong Demokrasi,- Menteri Perdagangan M. Lutfi menyebut potensi ekspor sarang burung walet Indonesia bisa sampai ratusan triliun rupiah per tahun. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia.
"Kita ini penghasil pengekspor konon kabarnya 2.000 ton burung walet, 110 ton di antaranya sudah terakreditasi dan dijual langsung ke RRT (Republik Rakyat Tiongkok. Bisa dibayangkan dari 110 ton, 1 Kg nilainya Rp 25 juta dan sisanya kita lewati beberapa negara singgahan. Hong Kong, Vietnam, Malaysia dan ujungnya sampai juga ke RRT. Harga tersebut kita hitung kali 2.000 ton saja kali Rp 25 juta nilainya Rp 500 triliun, artinya US$3,5 billion," kata M. Lutfi dikutip Jumat (15/1/2020).
Ia bilang sarang burung walet ini sesuatu yang menarik. Ia sudah lapor ke Presiden Jokowi soal maksimalisasi potensi ini sehingga target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) akan tercapai oleh Kementerian Perdagangan.
Selama ini Indonesia mengandalkan banyak komoditas lain demi mengejar defisit neraca perdagangan, mulai dari lemak dan minyak hewan/nabati sebesar, mesin dan perlengkapan elektrik hingga kendaraan dan bagiannya. Sayang, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) masih kerap terjadi tiap kuartalnya. Kali ini, sarang burung walet yang coba menjadi andalan.
Pemerintah Indonesia sudah mengajukan agar Pemerintah RRT dapat memberikan bimbingan teknis bagi perusahaan sarang burung walet Indonesia sehingga dapat memenuhi ketentuan kapasitas dan syarat eksportasi ke RRT. Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara eksportir sarang burung walet ke RRT dengan pangsa pasar sebesar 75,3 persen.
Nilai impor sarang burung walet RRT dari Indonesia pada periode Januari--November 2020 mencapai USD 350,93 juta, atau meningkat sebesar 88,6 persen dari periode yang sama tahun 2019 yang mencapai USD 186,07 juta.
Sarang Burung Walet di Pertemuan Menlu China
Pada hari Rabu (13/1/2021) Menteri Luar Negeri (menlu) China Wang Yi bertandang ke Jakarta menemui Menlu RI Retno Marsudi. Kunjungan ini merupakan bagian rangkaian safari Wang Yi di beberapa negara ASEAN. Pada pertemuan itu juga ada pembahasan soal sarang burung walet oleh Menlu Retno.
Dalam kesempatan itu, ada beberapa hal yang dibicarakan, mulai dari isu kesehatan menyangkut pandemi, investasi, serta keamanan kawasan.
Pembicaraan antara kedua Menlu itu diadakan secara pleno dan secara empat mata atau teet-a-teet. Dalam akhir pertemuan itu, kedua menteri menyepakati tiga hal.
Pertama, kedua negara sepakat untuk membangun ketahanan kesehatan bersama. Hal ini timbul dari kesadaran Indonesia dan China bahwa pada tahun 2021 kedepan isu mengenai pandemi Covid-19 masih menjadi PR besar bagi seluruh negara. Dalam pertemuan ini, Indonesia menyatakan akan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan untuk memproduksi obat, bahan baku obat, dan alat kesehatan yang diharapkan nantinya akan dibuat secara mandiri.
"Saya mengatakan kepada state counsellor Wang Yi rencana indonesia untuk membangun ketahanan kesehatan nasional antara lain melalui produksi obat, bahan baku obat, dan alat kesehatan." Kata Retno.
Kedua, Menlu Wang dan Menlu Retno sepakat bahwa dalam memuluskan pertumbuhan ekonomi, sinergi yang saling menguntungkan sangat dibutuhkan. Menlu Retno menekankan bahwa untuk mencapai sinergi yang saling menguntungkan semua pihak ini perlu adanya eliminasi terhadap setiap hambatan dalam perdagangan. Dalam hal ini, Indonesia meminta China untuk melonggarkan produk ekspor unggulannya. Hal ini dimaksudkan agar neraca perdagangan antar negara dapat lebih seimbang.
"Selain itu saya menggarisbawahi pentingnya untuk mengatasi halangan dalam perdagangan, terutama bagi ekspor pasar unggulan Indonesia seperti produk perikanan, buah-buahan tropis, sarang burung walet, dan tentunya kelapa sawit," pungkas menlu.
*(red)