Foto : Presiden AS Donald Trump |
DPR AS yang dikendalikan oleh Demokrat memilih 322 banding 87 untuk menolak veto Trump atas tagihan program pertahanan senilai $740,5 miliar, dengan 109 anggota Partai Republik yang berpihak pada Demokrat.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah pemungutan suara, Ketua DPR Nancy Pelosi mengecam veto Trump sebagai tindakan yang gegabah dan memintanya untuk mengakhiri kampanye-kampanye yang memicu kekacauan.
Penolakan tersebut menjadi tanda-tanda terbaru dari memudarnya kekuatan Trump ketika ia bersiap meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2021. Trump telah membatalkan keputusan sembilan RUU termasuk RUU Pertahanan selama menjabat di Gedung Putih, dikutip dari AFP.
Sebelumnya Trump telah memveto RUU kebijakan pertahanan nasional dan mengeluhkan Undang-undang Otorisasi Pertahanan Nasional itu justru akan membantu Rusia dan China, pada Rabu (23/12/2020).
Trump juga keberatan dengan ketentuan mengganti nama pangkalan militer. Ia telah menyerukan untuk menghapus bahasa yang memungkinkan untuk penggantian nama pangkalan militer seperti Fort Benning dan Fort Hood.
"RUU Pertahanan gagal memasukkan langkah-langkah keamanan nasional yang kritis, termasuk ketentuan yang gagal menghormati para veteran kami dan sejarah militer kami, dan bertentangan dengan upaya oleh Pemerintahan saya untuk menempatkan America First dalam tindakan keamanan nasional dan kebijakan luar negeri kami," kata Trump dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP. Kamis (24/12/2020).
Dia sebelumnya telah mengancam akan memveto, jika Pasal 230 Undang-undang Otorisasi Pertahanan Nasional itu tidak dicabut. Menurutnya pasal itu melindungi perusahaan media sosial agar tidak bertanggung jawab atas apa yang diunggah di situs web mereka, baik oleh mereka atau pihak ketiga.
Trump juga keberatan dengan ketentuan mengganti nama pangkalan militer. Ia telah menyerukan untuk menghapus bahasa yang memungkinkan untuk penggantian nama pangkalan militer seperti Fort Benning dan Fort Hood.
"RUU Pertahanan gagal memasukkan langkah-langkah keamanan nasional yang kritis, termasuk ketentuan yang gagal menghormati para veteran kami dan sejarah militer kami, dan bertentangan dengan upaya oleh Pemerintahan saya untuk menempatkan America First dalam tindakan keamanan nasional dan kebijakan luar negeri kami," kata Trump dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP. Kamis (24/12/2020).
Dia sebelumnya telah mengancam akan memveto, jika Pasal 230 Undang-undang Otorisasi Pertahanan Nasional itu tidak dicabut. Menurutnya pasal itu melindungi perusahaan media sosial agar tidak bertanggung jawab atas apa yang diunggah di situs web mereka, baik oleh mereka atau pihak ketiga.
Rancangan Undang-Undang tersebut juga menegaskan kenaikan gaji 3 persen untuk pasukan AS dan mengesahkan lebih dari US$740 miliar dalam program dan konstruksi militer.
Senat memilih untuk menyetujui RUU pendanaan besar-besaran dengan mayoritas bukti veto 84 hingga 13. Posisi Trump pada RUU itu dengan tajam membagi anggota parlemen dari Partai Republik, yang memaksa mereka untuk memilih antara loyalitas kepada Presiden dan UU yang menetapkan kebijakan pertahanan untuk negara. DPR juga baru-baru ini mengesahkan RUU tersebut dengan mayoritas bukti hak veto.
DPR maupun Senat mengesahkan undang-undang itu dengan selisih yang cukup besar untuk mengesampingkan veto dari presiden. Trump telah memveto delapan RUU sebelumnya, tetapi veto itu dipertahankan karena pendukung tidak mendapatkan dua pertiga suara yang dibutuhkan di setiap kamar Kongres agar RUU itu menjadi undang-undang tanpa tanda tangan Trump.
Hal ini menjadi tan-tanda bahwa pengaruhnya telah memudar, New York Post milik Rupert Murdoch selaku salah satu pendukung Trump menerbitkan editorial pada Minggu malam yang menyuruhnya untuk menghentikan kegilaan dan mengakui bahwa dia kalah dalam pemilu.
"Tuan Presiden, ini saatnya mengakhiri sandiwara kelam ini. kami mengerti, Tuan Presiden, bahwa Anda marah karena kalah. Tapi melanjutkan jalan ini adalah hal yang merusak," tulis surat kabar tersebut..
"Jika Anda bersikeras menghabiskan hari-hari terakhir Anda di kantor dengan ancaman akan membakar semuanya, itulah cara Anda akan diingat. Bukan sebagai seorang revolusioner, tapi sebagai anarkis yang memegang korek api," tambahnya.
*(don)