Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita


Puji Erdogan, Presiden Rusia Singgung Joe Biden

December 19, 2020 Last Updated 2020-12-18T17:52:55Z

Foto : Ist

Corong Demokrasi,- 
Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui sering berbeda pendapat dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Namun demikian dia memuji Erdogan sebagai orang yang menepati janji.

"Kami sering berselisih pendapat tentang suatu masalah dengan Presiden Erdogan. Mungkin terkadang malah memiliki pandangan yang berlawanan. Tapi dia adalah orang yang menepati janji. Jika menurutnya itu baik untuk negaranya, dia akan melakukannya," kata Putin dikutip dari Anadolu Agency.

Hal tersebut diungkapkan Putin ketika ditanya mengenai negosiator paling sulit yang pernah dia hadapi, dalam konferensi pers tahunan, Kamis (17/12/2020).

"Tidak ada pemimpin yang baik dan buruk. Ada kepentingan nasional. Kadang perlu kompromi untuk menegaskan posisi kita. Selebihnya kontraproduktif," ujarnya.

Sebagai contoh, kata Putin, mereka sering tidak setuju dan bahkan memiliki pandangan yang berlawanan tentang beberapa masalah, tetapi Erdogan melakukan hal yang terbaik untuk negaranya.

Dalam kesempatan itu Putin juga membahas hubungan masa depan antara Rusia dan Amerika Serikat di bawah Joe Biden.

Putin berharap di bawah pemerintahan baru AS, Rusia bisa memperbaiki hubungan.

"Presiden AS yang baru terpilih akan memahami apa yang terjadi, dia adalah orang yang berpengalaman baik dalam kebijakan dalam dan luar negeri, dan kami berharap bahwa semua masalah sejauh ini, setidaknya beberapa di antaranya, akan diselesaikan di bawah pemerintahan baru," ucap dia.

Menurut dia, Biden termasuk yang mendukung diperpanjangnya Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START), yang berakhir pada Februari 2021.

"Sekarang ada ancaman penghentian START Treaty. Maka tidak akan ada batasan sama sekali terkait perlombaan senjata," kata Putin.

Perjanjian START pertama ditandatangani tahun 1991 antara AS dan Uni Soviet saat itu dan berlaku pada 1994.

Kesepakatan itu kemudian diperbarui lewat New START.

Pakta START diteken pada 2010 oleh presiden AS-Rusia saat itu, Barack Obama dan Dmitry Medvedev. Pakta tersebut membatasi kedua negara untuk tidak memiliki lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir dan 700 rudal serta bom.

*(red)


×
Berita Terbaru Update