Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita


Apa Kabar Kinerja BUMN Perkebunan yang Sempat Jadi Sorotan BPK ?

November 12, 2020 Last Updated 2020-11-12T08:30:27Z

Foto : Lahan Kepala Sawit PTPN II Prafi Manokwari (Ist)

Jakarta, Corong Demokrasi,- 
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menyebutkan telah melakukan perbaikan operasional perusahaan, baik secara keuangan hingga secara operasional. Langkah ini bisa dicapai berkat upaya transformasi yang dilakukan perusahaan sejak tahun lalu dan hasilnya mulai terlihat di tahun ini.

Corporate Secretary PTPN III Imelda Alini Pohan mengatakan transformasi yang dilakukan perusahaan dimulai dengan melakukan standarisasi kinerja seluruh anak perusahaan sehingga operasional dan keuangan perusahaan menjadi setara.

"Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berkomitmen untuk terus melakukan program transformasi dan melakukan standarisasi kinerja seluruh anak perusahaan dengan tujuan utama untuk memperbaiki tata kelola dalam rangka menyehatkan kondisi operasional dan keuangan perusahaan sehingga setara dengan best practice," kata Imelda dalam siaran persnya, Kamis (12/10/2020).

"Dengan demikian, PTPN dapat menjalankan perannya sebagai penjaga Food & Energy Security berbasis komoditas perkebunan di Indonesia secara efektif dalam upaya meningkatkan kemandirian pangan. Inilah peran yang akan terus kami emban sebagai BUMN," lanjutnya.

Membaiknya kinerja ini mulai ditunjukkan dengan terjadinya kenaikan produksi komoditas di tahun ini dibanding dengan 2019. Produksi CPO naik sebesar 1,74 %, produksi karet naik sebesar 6,94 % dan produksi teh naik sebesar 10,38 %.

Dari sisi keuangan, jumlah utang turun 0,36 %. Sedangkan penjualan sebesar 0,48% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

Tahun ini perusahaan juga berhasil melakukan optimalisasi harga penjualan, sehingga terjadi kenaikan harga jual rata-rata jika dibandingkan dengan tahun lalu. Untuk CPO, harga rata rata mengalami kenaikan sebesar 26% dan gula 7.5% di atas harga rata rata tahun 2019.

Baru-baru ini perusahaan juga telah merambah ke pasar ritel dengan meluncurkan produk gula, minyak goreng, hingga teh dan kopi kemasan.

Transformasi

Imelda menyebutkan terdapat enam program prioritas PTPN Group terdiri dari Operational Excellence, Restrukturisasi Organisasi & SDM, Divestasi Aset, Optimalisasi & Kerjasama Aset, Transformasi Keuangan, Restrukturisasi Perusahaan.

Dari transformasi operasional, perusahaan telah melakukan management review, pembentukan Tim Inspektorat untuk melakukan monitoring lapangan agar SOP berjalan efektif, Optimalisasi Peran Riset Perkebunan Nusantara sebagai konsultan pengawalan peningkatan produksi, Implementasi IT (Digital Farming, IOT & GIS, fleet Management), peningkatan kompetensi SDM terutama dalam bidang teknis dan peningkatan budaya planters.

Untuk mendukung upaya tersebut, perusahaan harus melakukan efisiensi dari segi keuangan dengan mengurangi biaya operasional hingga menunda pengeluaran yang dinilai belum dibutuhkan.

Di sisi keuangan, dibagi dua untuk yakni untuk jangka pendek dan jangka panjang. Di dalamnya termasuk rencana perusahaan untuk mengelola dan menyelesaikan hutang, memperbaiki kinerja keuangan, meningkatkan EBITDA, serta mengendalikan investasi.

Sejak awal tahun ini, perusahaan telah bekerja sama dengan konsultan untuk menyusun RJPP 2020-2024 dengan rencana transformasi yang telah disiapkan oleh holding usaha.

Saat ini holding usaha telah memegang kendali untuk fungsi dan perencanaan strategis seluruh anak usaha. Ini termasuk keputusan terkait investasi (on farm dan off farm), kebijakan komoditi, portofolio bisnis, pengembangan bisnis baru, pemasaran, inisiatif optimalisasi dan divestasi aset, pendanaan dan manajemen kas, serta sumber daya manusia.

Dalam RJPP yang disiapkan untuk sampai empat tahun ke depan, telah disusun strategi dalam menetapkan fokus komoditas utama yang akan diprioritaskan. Diantaranya memperluas areal komoditi unggulan terutama sawit dan tebu dengan melakukan penataan portofolio melalui konversi lahan tidak produktif, memperkuat karet, teh dan kopi di dataran tinggi melalui intensifikasi, mengoptimalkan arus kas, dan ekspansi bisnis yang selektif.

Rencana ini dibuat salah satunya dengan mempertimbangkan megatrend perkebunan lesson learned dari perusahaan benchmark, dan diagnostic kondisi internal.

"Untuk memastikan proses transformasi Holding Perkebunan Nusantara berjalan lancar, Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan Kementerian terkait lainnya secara rutin melakukan pengarahan dan monitoring," tandasnya.

Holding Perkebunan sempat mendapat sorota dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tak cuma menyoroti soal laba/rugi BUMN perkebunan, BPK mencatat ada sejumlah persoalan.

"Kinerja keuangan PTPN Grup belum mengalami perbaikan setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan. Hal ini terlihat dari kinerja keuangan PTPN Grup periode tahun 2015-semester I 2019 belum menunjukkan adanya peningkatan, melainkan adanya tren penurunan likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan. Akibatnya, pembentukan PTPN III (Persero) sebagai Holding BUMN Perkebunan kurang efektif dalam meningkatkan perbaikan kinerja keuangan PTPN Grup," tulis IHPS I 2020.

BPK juga memberi masukan soal kinerja bisnis PTPN. Pertama adalah produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.

Dalam laporan keuangan 2018, produktivitas TBS kelapa sawit tercatat 19,57 ton/hektar atau 97,41% dari target. Sementara pada 2017 adalah 18,11 ton/hektar atau 96,71% dari rencana dan pada 2016 adalah 16,54 ton/hektar atau 95,57% dari target.

"Produktivitas on farm masih masih di bawah norma yang ada. Tidak tercapainya target kinerja on farm TBS, HPP on farm, dan perbaikan komposisi umur tanaman sehingga tujuan pembentukan Holding BUMN Perkebunan dalam rangka perbaikan on farm tidak tercapai," sebut IHPS I 2020.

*(red)


×
Berita Terbaru Update