Foto : Ilustrasi |
Jakarta, Corong Demokrasi,- Libur panjang yang bakal dimulai pada pekan ini diperkirakan bakal berdampak positif terhadap geliat sektor pariwisata. Di sisi lain ada survei yang dilakukan oleh Kemenhub bahwa 77% orang malas untuk berlibur di kala pandemi saat ini. Meski sudah ada program diskon tiket pesawat.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Budijanto Ardiansyah menilai peningkatan wisatawan tidak bakal signifikan meski ada libur panjang. Hal ini karena daya beli masyarakat masih belum pulih.
"Kalau ada peningkatan sampai akhir bulan kami rasa nggak terlalu banyak, sekitar 20%, dan masih jauh dari target perusahaan masing-masing. Saya yakin sektor lainnya seperti hotel memang akan tetap alami kerugian tahun ini," sebutnya dalam program Profit CNBC Indonesia, Senin (26/10/2020).
Dalam rentang waktu sekitar dua bulan lagi menuju akhir tahun, biasanya pariwisata menjadi sektor yang paling mendapat berkah. Hal ini karena momen akhir tahun biasanya menjadi waktu dimana warga banyak berlibur, baik di dalam maupun luar negeri. Sayang, itu tidak terjadi di tahun ini. Sehingga kondisi diperkirakan masih sangat berat hingga awal tahun mendatang.
"Jujur masih berat, 8 bulan ini kami hampir nggak lakukan apa-apa dan baru bergerak 2-3 bulan terakhir dan dalam keadaan kecil. Yang dilakukan sekarang survive," katanya.
Harapan muncul kala Pemerintah mengucurkan stimulus bagi industri penerbangan berupa penghapusan biaya Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau sering dikenal sebagai Passenger Service Charge (PSC) alias airport tax. Kebijakan ini berdampak pada harga tiket pesawat yang lebih murah. Sebab, selama ini PSC masuk dalam komponen harga tiket.
Apakah agen travel bakal mendapat berkah kebijakan tersebut?
"Tergantung gimana kondisi masyarakat, kalau dimanfaatkan untuk perjalanan wisata bakal berdampak baik ke travel agent, dan masyarakat akan menggunakannya ke tempat-tempat di seluruh Indonesia. Tapi kalau hanya dilakukan bisnis mudik efeknya nggak terlalu banyak," katanya.
Survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait libur panjang di akhir Oktober 2020 nanti. Survei ini menggunakan metode random sampling, dilakukan kepada 1.526 responden dan memiliki margin error sebesar 5%. Hasilnya, kebanyakan responden mengatakan tidak akan melakukan perjalanan di saat libur panjang tersebut. Kepala Badan Litbang Kemenhub Iniyatun menjelaskan sejumlah hal terkait hasil survei tersebut.
"Yang menarik ketika ditanya apakah saat libur panjang akan melakukan perjalanan, yang menjawab iya hanya 23% yang akan melakukan perjalanan. 77% tidak," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (23/10/2020).
"Kalau ada peningkatan sampai akhir bulan kami rasa nggak terlalu banyak, sekitar 20%, dan masih jauh dari target perusahaan masing-masing. Saya yakin sektor lainnya seperti hotel memang akan tetap alami kerugian tahun ini," sebutnya dalam program Profit CNBC Indonesia, Senin (26/10/2020).
Dalam rentang waktu sekitar dua bulan lagi menuju akhir tahun, biasanya pariwisata menjadi sektor yang paling mendapat berkah. Hal ini karena momen akhir tahun biasanya menjadi waktu dimana warga banyak berlibur, baik di dalam maupun luar negeri. Sayang, itu tidak terjadi di tahun ini. Sehingga kondisi diperkirakan masih sangat berat hingga awal tahun mendatang.
"Jujur masih berat, 8 bulan ini kami hampir nggak lakukan apa-apa dan baru bergerak 2-3 bulan terakhir dan dalam keadaan kecil. Yang dilakukan sekarang survive," katanya.
Harapan muncul kala Pemerintah mengucurkan stimulus bagi industri penerbangan berupa penghapusan biaya Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau sering dikenal sebagai Passenger Service Charge (PSC) alias airport tax. Kebijakan ini berdampak pada harga tiket pesawat yang lebih murah. Sebab, selama ini PSC masuk dalam komponen harga tiket.
Apakah agen travel bakal mendapat berkah kebijakan tersebut?
"Tergantung gimana kondisi masyarakat, kalau dimanfaatkan untuk perjalanan wisata bakal berdampak baik ke travel agent, dan masyarakat akan menggunakannya ke tempat-tempat di seluruh Indonesia. Tapi kalau hanya dilakukan bisnis mudik efeknya nggak terlalu banyak," katanya.
Survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait libur panjang di akhir Oktober 2020 nanti. Survei ini menggunakan metode random sampling, dilakukan kepada 1.526 responden dan memiliki margin error sebesar 5%. Hasilnya, kebanyakan responden mengatakan tidak akan melakukan perjalanan di saat libur panjang tersebut. Kepala Badan Litbang Kemenhub Iniyatun menjelaskan sejumlah hal terkait hasil survei tersebut.
"Yang menarik ketika ditanya apakah saat libur panjang akan melakukan perjalanan, yang menjawab iya hanya 23% yang akan melakukan perjalanan. 77% tidak," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (23/10/2020).
*(red)