Foto : Istimewa |
Jakarta, Corong Demokrasi,- Salah satu petuah Adat (amaf) Besipae di Desa Pubabu, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Niko Demos Manaoh buka suara soal konflik lahan antara masyarakat Adat Besipae dan pemerintah setempat yang kembali memanas.
Niko membantah bahwa konflik perebutan lahan yang kembali memanas dalam beberapa hari terakhir di Besipae terjadi antara masyarakat adat Besipae dengan warga pendatang.
"Yang sebenarnya yang kira-kira, yang ada itu mereka dari mana. Kami sama-sama orang dari situ, yang datang adalah keluarga kami," kata Niko lewat sambungan telepon kepada kepada awak media (16/10/2020) malam.
Niko membantah bahwa masyarakat adat Besipae yang tinggal di kawasan hutan adat Pubabu memiliki hubungan tidak baik dengan warga pendatang. Dia menilai klaim pemerintah soal masyarakat pendatang keliru, sebab mereka yang bukan keturunan asli juga merupakan orang Timur.
Menurut Niko, klaim pemerintah itu justru hanya ingin menunggangi bentrok yang sebenarnya murni terjadi karena penolakan masyarakat setempat terhadap alih fungsi Hutan Adat Pubabu. Klaim pemerintah, katanya, justru hanya ingin memecah belah hubungan antar masyarakat.
"Kami sama-sama orang dari situ, yang datang adalah keluarga kami. Yang saat ini kita melihat, yang menyerang itu jangan melihat itu saja bahwa ini indikasi kami ini ditunggangi, ini kalau menurut saya ini belum pastikan, tapi untuk memecah belah," kata dia.
Menurut Niko, klaim pemerintah itu justru hanya ingin menunggangi bentrok yang sebenarnya murni terjadi karena penolakan masyarakat setempat terhadap alih fungsi Hutan Adat Pubabu. Klaim pemerintah, katanya, justru hanya ingin memecah belah hubungan antar masyarakat.
"Kami sama-sama orang dari situ, yang datang adalah keluarga kami. Yang saat ini kita melihat, yang menyerang itu jangan melihat itu saja bahwa ini indikasi kami ini ditunggangi, ini kalau menurut saya ini belum pastikan, tapi untuk memecah belah," kata dia.
Niko menyebut, sejak bentrok kembali memanas pada 14 dan 15 Oktober lalu, hingga kini setidaknya ada 47 rumah warga yang digusur dan dibongkar.
*(ari)