Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita


Indonesia Akan Punya Pabrik Baterai, Korea dan China Siap Bermitra

October 13, 2020 Last Updated 2020-10-13T12:34:03Z

Gambar : Ist

Jakarta, Corong Demokrasi,- 
Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan membentuk perusahaan Holding bernama PT Indonesia Battery untuk mengoperasikan pabrik baterai kendaraan listrik.

Hal tersebut disampaikan CEO Holding BUMN Pertambangan MIND ID atau Inalum Orias Petrus Moedak dalam sebuah diskusi tentang hilirisasi nikel secara virtual pada Selasa (13/10/2020).

Orias mengatakan pembangunan pabrik baterai akan dipimpin oleh Inalum melalui PT Aneka Tambang Tbk, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Ketiga perusahaan ini lah nantinya menjadi bagian dari perusahaan holding Indonesia Battery ini. Saat ini pihaknya tengah menyusun pembentukan perusahaan Holding PT Indonesia Battery tersebut.

"Di hulu ada Antam, yang intermediate ada Pertamina, hilir ada PLN. Sekarang lagi diproses. Itu nanti ada Indonesia Battery, itu holding company yang terlibat dalam pembuatan baterai dari hulu ke hilir," jelasnya dalam sebuah diskusi pada Selasa (13/10/2020).

Orias menyebut saat ini ada dua calon mitra dari China dan Korea yang sedang didekati untuk melakukan kerja sama dan menjadi investor di pabrik baterai mobil listrik ini. Proyek ini menurutnya akan terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Tak tanggung-tanggung, dia menyebutkan nilai investasinya bahkan diperkirakan sampai sekitar US$ 12 miliar atau sekitar Rp 177,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$).

Lebih lanjut dia mengatakan, perkiraan investasi US$ 12 miliar tersebut akan diperoleh dari dua perusahaan calon mitra di mana masing-masing diperkirakan akan berinvestasi US$ 7 miliar dan US$ 5 miliar, tergantung dari ukurannya. Saat ini menurutnya pihaknya tengah dalam proses pembicaraan dengan calon investor tersebut dan diharapkan kesepakatan bisa segera tercapai.

Dia mengatakan biaya investasi US$ 12 miliar ini akan diperoleh dari ekuitas pemegang saham dan perbankan. Semua lini menurutnya harus difokuskan, jangan sampai perbankan tidak memberikan dukungan.

Dia pun berharap industri dapat menyerap baterai ini nantinya. Jika industri tidak menyerap, maka ekspor tidak akan terhindarkan. Ini akan sangat disayangkan karena artinya kita malah memberikan subsidi bagi negara lain.

"Kalau kita menghasilkan sesuatu dengan harga yang tidak terlalu mahal di dalam negeri, kemudian dibeli perusahaan luar negeri, itu sama saja memberikan subsidi secara tidak langsung," ungkapnya.

*(red)


×
Berita Terbaru Update