Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita


Gegara Covid, Defisit Anggaran AS Melonjak Jadi US$ 3,13 T!

October 17, 2020 Last Updated 2020-10-17T08:07:25Z

Foto : Istimewa

Jakarta, Corong Demokrasi,- 
Upaya untuk memerangi pandemi virus corona membuat pemerintah Amerika Serikat tenggelam dalam anggaran pada tahun fiskal 2020 yang hampir berakhir.

Berdasarkan penghitungan terakhir, seperti dikutip dari CNBC Internasional pada Sabtu (17/10/2020), defisit anggaran AS tahun fiskal 2020 mencapai US$ 3,13 triliun, tiga kali lipat lebih tinggi dari defisit pada tahun lalu yang sebesar US$ 984 miliar dan dua kali lipat dari rekor sebelumnya sebesar US$ 1,4 triliun pada 2009. Hal ini karena paket stimulus yang disahkan tahun itu untuk memerangi krisis keuangan.

Sebagian besar penyebab hancurnya anggaran tahun ini karena Undang-Undang CARES, paket pengeluaran senilai US$ 2,2 triliun yang mencakup kompensasi bertambahnya jumlah pengangguran akibat dampak pandemi Covid-19 dan pinjaman usaha yang dibebaskan sebagai insentif bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan pekerja.

Adapun jumlah penerimaan negara pada tahun ini mencapai US$ 3,42 triliun, lebih rendah dibandingkan jumlah pengeluaran yang sebesar US$ 6,55 triliun, di mana pengeluaran terbesar terjadi pada Juni ketika pemerintah membelanjakan US$ 1,1 triliun, menurut Departemen Keuangan.

Tahun fiskal berakhir dengan utang pemerintah di bawah US$ 27 triliun, di mana US$ 6 triliun di antaranya dipegang oleh publik.

Adapun jumlah pemungutan pajak tahun ini mencapai US$ 1,61 triliun, lebih rendah US$ 203 miliar dari perkiraan awal. Sementara pajak penghasilan perusahaan meleset dari perkiraan anggaran sebesar US$ 51,8 miliar, dan asuransi sosial dan penerimaan pensiun berada di bawah US$ 2,1 miliar.

Pengeluaran yang lebih tinggi dari perkiraan terjadi pada Departemen Pertanian, Pendidikan dan Kesehatan serta layanan yang berkontribusi pada defisit tersebut.

Biaya untuk membayar semua utang itu untuk tahun ini mencapai US$ 522,8 miliar, yang sebenarnya merupakan terendah sejak 2017. Rendahnya imbal hasil obligasi pemerintah, sebagian dibantu oleh Federal Reserve, membantu menjaga biaya layanan utang tetap rendah.

*(ari)


×
Berita Terbaru Update