Foto : Istimewa |
Makassar, Corong Demokrasi, - Sejumblah massa mengelar Festival rakyat menolakan Omnibus Law cipta kerja (Ciptaker) yang memadati ruas jalan Sultan Alaudin, Kec. Tamalate Kota Makassar, Pukul 07.21 waktu setempat. ( 16/10/2020), malam.
Aksi tersebut tergabung dalam Aliansi Gerak Makassar di dalamya terdapat berbagai elemen mahasiswa dan buruh, kegiatan itu dilaksanakan dengan cara memblokade sebagian ruas jalan dan mengelar mimbar bebas.
Salah satu pembicara mewakili serikat Dosen, Imam, dalam orasi politiknya ia menjelaskan bahwa kehadiran UU Cipta kerja tidak berpihak kepada rakyat dan hanya untuk kepentingan para investor dan juga petinggi pemerintah.
"Kehadiran Omnibus Law di tengah masyarakat saat ini bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan hanya untuk membuka jalan bagi para investor dan petinggi pemerintah, DPR melupakan apa yang menjadi hak -hak rakyat ,"pungkas Imam.
Aksi tersebut di laksanakan dengan Melakukan penandatanganan live mural penolakan Omnibus law Cipta Kerja dan di selinggi dengan beberapa tampilan tea trical puisi dari aliansi mahasiswa UIN Makassar.
Berdasarkan keterangan Jelo selaku jendral lapangan menjelaskan bawa aksi Festival Rakyat adalah sebagai salah satu upaya perlawanan rakyat dalam menolak omnibus law cipta kerja, ia juga mengatakan bahwa ini adalah kreativan dalam aliansi gerak makassar dalam upaya penolakan UU ciptaker tersebut.
"Tujuan di selengarakan ferstival rakyat sebagai metode dalam mengkampanyekan perlawanan rakyat terhadap UU omnibus law cipta kerja yang tidak berpihak terhadap rakyat,"pungkas Jelo, melalui pesan singkat kepada Corong Demokrasi, (16/10/2020) malam.
lanjut Jelo, bahwa festival tersebut adalah kreativan teman-teman dalam menolak omnibus law bukan hanya dengan aksi unjuk rasa saja, melainkan dengan berbagai metode- metode lain dalam mengampanyekan perlawanan,"kata Jelo.
Ia juga mengutarakan bahwa festival ini adalah sebagai penguatan persatuan gerakan multi sektor dan merawat persatuan gerakan multi sektor di makassar.
"Ia festival di selengarakan sebagai salah satu penguatan persatuan gerakan multi sektor dalam menyikapi permasalahan-permasalahan terlebih khususnya omnibus law Cipta kerja,"tuturnya.
Jelo juga berharap bahwa usai Festival rakyat ini, kedepanya terkhususnya Makassar dan Indonesia pada umumnya, dapat terus melakukan perlawanan dalam penolakan omnibus law.
"kami berharap bahwa kedepanya rakyat dapat bersatu dalam penolakan omnibus law cipta kerja, dan memperkuat persatuan perlawanan di kota makassar maupun seluruh indonesia pada umumnya,"lanjut Jelo.
"Kami berharap bahwa pemerintah dapat mendengarkan aspirsi-aspirasi rakyat yang berulang kali mengelar aksi unjuk rasa penolakan omnibus law, pemerintah harus mempertimbangkan nasip rakyat karena seluruh elemen gerak rakyat, buruh, mahasiswa, secara bersama telah menolak omnubus law." tutup jejo.
*(ari)