Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita


Rebutan Tanah Adat, Dua Suku di Jayapura Saling Bentrok

September 11, 2020 Last Updated 2020-09-10T17:38:35Z

Jayapura, Corong Demokrasi,- Perang antara suku di Kota Jayapura terjadi di Jembatan Holtekamp, Kamis (10/09/2020), siang. 

Akibat dari kejadian tersebut 7 warga di laporkan terluka dan 2 unit mobil rusak.

Dari hasil wawancara dengan Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw yang terjun langsung ke lokasi kejadian mengatakan kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 14.00 WIT.

"Kejadian ini terjadi siang tadi sekitar pukul 14.00 WIT. Sudah ada riak-riak antara dua pihak warga yang mengklaim batas tanah adat, "pungkas Kapolda kepada awak media usai meninjau lokasi kejadian (10/09/20).

Berdasarkan keterangan Kapolda Papua, dua kampung yang bertikai adalah kampung Enggros dan kampung Nafri.

Menurutnya, awal pertikaian dikarenakan ada pihak yang sudah memberikan patok batas tanah, kemudian ada pihak datang mencabut patok tersebut.

"Inilah yang membuat terjadi kesalahpahaman. Kemudian terjadi saling pukul dan saling serang dan mengakibatkan ada yang terluka," jelas Kapolda tanpa mengurai pihak mana yang mencabut patok.

Irjen Paulus mengakui hingga saat ini pihaknya dan Pemerintah Daerah tidak bisa menentukan batas wilayah tanah adat, karena diketahui daerah Holtekamp di huni oleh banyak suku di Kota Jayapura.

"Memang sepanjang jembatan ini sampai ke arah Holtekamp sana, catatan-catatan persoalan adat yang memang agak sulit untuk kita tengahi, karena kedua belah pihak sama-sama mengklaim. Baik suku Enggros maupun suku Nafri. Disini juga ada suku Tobati, belum lagi suku Skow dan sebagainya, semua punya akses disini," terang Kapolda.

Lanjutnya, "kalau di lihat dari tatanan kehidupan Adat itu ada yang memiliki kebun, ada yang mencari ikan dan sebagainya. Dan ini ada struktur-struktur yang harus diakui, siapa yang pemilik, siapa yang mencari dan siapa yang hidup dengan tanah ini. Ini sudah terjadi turun temurun dan mereka sudah saling memahami itu," kata Paulus.
 
Terkait persoalan ini Kapolda mengaku akan memangil para tokoh adat, baik dari pihak Enggros maupun pihak suku Nafri.

"Masalah ini biasanya kita akan selesaikan di para-para adat. Nanti kami akan coba mediasi antara kedua pihak yang bertikai, kita akan undang para Kepala Suku, Ondoafi, Ketua LMA dan juga dari pihak Pemerintah Daerah, agar bisa diselesaikan dengan baik," ungkap Kapolda.

Akibat peristiwa ini jalur jalan raya dari dan ke kKota Jayapura - Kabupaten Keerom yang melintas Jembatan Youtefa sempat di palang massa selama 3 jam.

Pemalangan di buka setelah Kapolda bernegoisasi dengan warga.

"Tadi saya juga sudah bicara dengan teman-teman dari Nafri yang sempat menghalangi jalan ini dan mereka sepakat buka akses namun akan tetap berada di lokasi kejadian karena ada informasi Kepala Suku mereka juga menjadi korban," tutup Irjen Pol Paulus Waterpauw.

*(ari)


×
Berita Terbaru Update