Makassar, Corong Demokrasi,- Ditengah pandemi Covid-19 yang mengancam keselamatan nyawa umat manusia di seluruh dunia, sebagian masyarakat di Manggarai Timur, NTT dihadapakan dengan pro kontra pembangunan pabrik semen di wilayah mereka. Lokasinya di wilayah Kecamatan Lamba Leda, tepatnya di Desa Satar Punda.
Jimi Salah satu mahasiswa asal Manggarai yang juga Anggota Gerakan Revolusi Demokratik (GRD) Komite Sektor Yaspim menilai bahwa kebijakan Gubernur NTT untuk membuka pabrik semen sangatlah merugikan masyarakat 10 hingga 15 tahun kedepan, ucapnya.
Menurut Mahasiswa Jurusan Manejemen tersebut, pembangunan pabrik semen akan menimbulkan kerusakan dan ketidakseimbangan ekosistem akibat pencemaran sisa olahan dari pabrik tersebut.
"Memang untuk sekarang masyarakat boleh saja menikmati apa yang menjadi janji dari perusahaan semen tersebut, namun 10 hinga 15 tahun kedepan masyarakat akan merasakan dampak dari pabrik tersebut. Terkhususnya kerusakan dan pencemaran alam yang menggangu aktifitas masyarakat," ungkap Jimi dalam rilisnya.(3/08/2020)
Ia melihat bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur NTT, Victor Laiskodat, menjadi perbincangan yang sangat panas ditengah masyarakat dan hanya membuat kegaduhan.
"Saya menilai bahwa proyek tersebut hanya berdampak positif bagi investor dimana mereka nantinya tidak mempekerjakan masyarakat lokal namun tenaga dari luar daerah bahkan luar negeri," tegas Jimi.
Jimi Salah satu mahasiswa asal Manggarai yang juga Anggota Gerakan Revolusi Demokratik (GRD) Komite Sektor Yaspim menilai bahwa kebijakan Gubernur NTT untuk membuka pabrik semen sangatlah merugikan masyarakat 10 hingga 15 tahun kedepan, ucapnya.
Menurut Mahasiswa Jurusan Manejemen tersebut, pembangunan pabrik semen akan menimbulkan kerusakan dan ketidakseimbangan ekosistem akibat pencemaran sisa olahan dari pabrik tersebut.
"Memang untuk sekarang masyarakat boleh saja menikmati apa yang menjadi janji dari perusahaan semen tersebut, namun 10 hinga 15 tahun kedepan masyarakat akan merasakan dampak dari pabrik tersebut. Terkhususnya kerusakan dan pencemaran alam yang menggangu aktifitas masyarakat," ungkap Jimi dalam rilisnya.(3/08/2020)
Ia melihat bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur NTT, Victor Laiskodat, menjadi perbincangan yang sangat panas ditengah masyarakat dan hanya membuat kegaduhan.
"Saya menilai bahwa proyek tersebut hanya berdampak positif bagi investor dimana mereka nantinya tidak mempekerjakan masyarakat lokal namun tenaga dari luar daerah bahkan luar negeri," tegas Jimi.
Lanjutnya, "Bagaimana tidak, pemerintah tidak memperhatikan SDM terlebih dahulu, hanya demi mengejar PAD, Pemerintah mengambil langkah pendek tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat," pungkasnya.
"Jangan sampai masyarakat setempat hanya menjadi buruh kasar di pabrik semen tersebut nantinya. Yang upahnya tidak dapat meningkatkan perekonomiannya 10 hingga 15 tahun kedepan," tutur Mahasiswa STIE Yaspim itu.
Jimi juga menghimbau "Masyarakatpun harus jeli melihat kebijakan Pemerintah, masyarakat tidak boleh jadi tumbal dari ambisi Investor. Kita harus belajar PT. Freeport di Papua, bagaimana masyarakat setempat tidak dapat merasakan hasil Sumber Daya Alamnya sendiri, begitupun dengan kita di NTT. Hanya elit pemerintah yang akan nikmati hasilnya," tutupnya.
"Jangan sampai masyarakat setempat hanya menjadi buruh kasar di pabrik semen tersebut nantinya. Yang upahnya tidak dapat meningkatkan perekonomiannya 10 hingga 15 tahun kedepan," tutur Mahasiswa STIE Yaspim itu.
Jimi juga menghimbau "Masyarakatpun harus jeli melihat kebijakan Pemerintah, masyarakat tidak boleh jadi tumbal dari ambisi Investor. Kita harus belajar PT. Freeport di Papua, bagaimana masyarakat setempat tidak dapat merasakan hasil Sumber Daya Alamnya sendiri, begitupun dengan kita di NTT. Hanya elit pemerintah yang akan nikmati hasilnya," tutupnya.
*(val)