Terkait hal tersebut Menteri kesehatan telah menerbitkan keputusan RI Nomor HK.02.02/Menkes/367/2015 tentang penetapan 48 Kabupaten dan 124 Puskesmas sarana Program Prioritas Nasional pelayanan kesehatan di Daerah Perbatasan.
Kabupaten Keerom termasuk salah satu daerah yang menjadi prioritas utama untuk pembangunan dan pelayanan kesehatan di daerah perbatasan.
Namun hingga kini, pelayanan dan pembangunan kesehatan di Kab. Keerom belum dapat menjangkau seluruh masyarakat di daerah tersebut.
Salah satunya adalah Desa Milki, Distrik Towe, Kab. Keerom, Papua. Biaya akses transportasi yang mahal membuat masyarakat di daerah tersebut lebih memilih berjalan kaki dengan waktu tempuh 1 hari demi mendapatakan pelayanan kesehatan di pusat kota.
Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat Milki terbagi dua, ada yang ke sentani dan ke Arso, sedangkan yang berada di Arso sekitar 10 kk dengan 4 ibu hamil mereka melakukan perjalanan menuju Distik Arso dan bermalam di salah satu rumah warga.
Salah satu masyarakat Desa Milki, Rahel saat dikonfirmasi dipengungsian di Distrik Arso mengatakan "iya kami jalan kaki, kami jalan satu keluarga anak-anak kami yang masih kecil di pikul, kami bawa bekal kalau cuaca panas bisa cepat sampai tapi kalau hujan akan lebih lama karena kami lewat kali juga," ungkapnya.(21/08/2020)
Dalam wawancara tersebut Rahel sedang dalam kondisi hamil 8 bulan dan harus melakukan perjalanan untuk berobat.
"Ini anak ke empat yang mau lahir, sekarang kandungan ini sudah mau delapan bulan, dokter bilang rencana nanti operasi, karena posisi bayi melintang dan saya lupa bawa KTP," katanya.
Pemilik rumah yang menampung warga Milki, Oma menjelaskan "kami merasa prihatin, mereka turun dari Milki dan ada ibu-ibu hamil dan ada juga anak-anak, mereka kesulitan bahan makanan, kami prihatin sehingga kami sepakat mengijinkan mereka untuk tinggal. Mereka akan kembali ke kampung jika sudah berobat," pungkasnya.
Pemilik rumah yang menampung warga Milki, Oma menjelaskan "kami merasa prihatin, mereka turun dari Milki dan ada ibu-ibu hamil dan ada juga anak-anak, mereka kesulitan bahan makanan, kami prihatin sehingga kami sepakat mengijinkan mereka untuk tinggal. Mereka akan kembali ke kampung jika sudah berobat," pungkasnya.
Selama berada di pengungsian, masyarakat Milki mengatakan mereka kekurangan bahan makanan.
"Tentu kami sangat susah karena kami juga turun mengantar istri yang sedang hamil. Kami juga tidak kerja dan kami juga bawa anak-anak. Memang bahan makanan terbatas, kami makan apa adanya kalau tdak ada makanan kami tahan lapar saja," ungkap Gayus salah seorang suami.
"Kami sangat berharap kepada Pemerintah Kab. Keerom untuk memperhatikan kami di Desa Wilki. Jangan sampai kami sakit dan mati karena tidak berobat, kalau sakit parahkan tidak mungkin kami jalan kaki, kami mohon perhatian Bapak Bupati, itu saja, "kata Gayus.
*(ari)