Jakarta, Corong Demokrasi,- CEO US International Development Finance Corporation (IDFC), Adam Boehler, mengirimkan surat kepada pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tertanggal 31 Juli 2020.
Dalam surat tersebut Adam Boehler menyampaikan bahwa saat ini IDFC sedang melakukan koordinasi dengan National Security Council (NSC) atau Dewan Keamanan Nasional AS. NSC akan memimpin koordinasi antar lembaga di AS untuk mengembangkan ide-ide kerja sama yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia.
"Pak Luhut sangat mengapresiasi sambutan positif AS melalui IDFC dan keinginan mereka untuk menjadi mitra yang berharga bagi Indonesia. Sesuai permintaan mereka, pemerintah akan memberikan pedoman lebih lanjut untuk kerja sama di beberapa sektor," ujar Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi dalam keterangan resmi.(6/8/2020)
IDFC diberikan mandat untuk menggunakan sumber daya pemerintah AS untuk mendorong lebih banyak minat dan daya tarik sektor swasta, dan untuk memfasilitasi pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Indonesia. IDFC juga bekerja sama dengan institusi keuangan serupa dari Australia dan Jepang untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengelolaan dana abadi atau Sovereign Wealth Fund yang digagas pemerintah juga menarik minat IDFC yang akan mengucurkan investasinya, untuk membantu pengembangan infrastruktur di Indonesia. Uni Emirat Arab (UEA) juga menjadi negara yang sudah lebih dulu menyatakan minatnya untuk berinvestasi melalui SWF.
Presiden Jokowi sempat melakukan pertemuan dengan Adam Boehler di Istana Negara pada 10 Januari 2020 lalu. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengatakan kalau pemerintah membutuhkan investasi untuk pembangunan Indonesia dari lembaga keuangan asal Amerika Serikat itu.
Adapun Komitmen kerja sama tersebut akan difokuskan dalam pengembangan di bidang farmasi, pertahanan dan keamanan, energi, serta untuk Sovereign Wealth Fund (SWF) yang akan menjadi wadah pendanaan baru untuk proyek di Indonesia.
Pihak Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi pun belum mau berbicara banyak perihal calon perusahaan AS yang akan relokasi.
"Kita belum bisa disclose. Sekarang pembicaraan masih G to G antara Pak Menko (Luhut) dengan CEO US IDFC (United States International Development Finance Corporation), Adam Boehler," kata Juru Bicara Kemenko Marves Jodi Mahardi kepada CNBC Indonesia.(13/5/2020)
Kesempatan emas untuk menarik banyak perusahaan AS sebenarnya dimiliki oleh Indonesia. Pada Agustus 2019 lalu, mengutip laporan CNBC International setidaknya sudah ada 50 lebih perusahaan yang memindahkan produksinya ke luar China akibat perang dagang yang berkepanjangan.
Perusahaan-perusahaan itu di antaranya adalah perusahaan pembuat iPhone Apple Inc, perusahaan game Nintendo, hingga perusahaan komputer HP dan Dell.
Nikkei melaporkan bahwa HP dan Dell mungkin akan memindahkan hingga 30% dari produksi notebook mereka dari China ke negara lain di Asia Tenggara. Sementara Apple dikabarkan sudah meminta pemasok utamanya untuk menghitung implikasi biaya dengan memindahkan 15% hingga 30% dari kapasitas produksinya dari China ke India.
Dalam surat tersebut Adam Boehler menyampaikan bahwa saat ini IDFC sedang melakukan koordinasi dengan National Security Council (NSC) atau Dewan Keamanan Nasional AS. NSC akan memimpin koordinasi antar lembaga di AS untuk mengembangkan ide-ide kerja sama yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia.
"Pak Luhut sangat mengapresiasi sambutan positif AS melalui IDFC dan keinginan mereka untuk menjadi mitra yang berharga bagi Indonesia. Sesuai permintaan mereka, pemerintah akan memberikan pedoman lebih lanjut untuk kerja sama di beberapa sektor," ujar Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi dalam keterangan resmi.(6/8/2020)
IDFC diberikan mandat untuk menggunakan sumber daya pemerintah AS untuk mendorong lebih banyak minat dan daya tarik sektor swasta, dan untuk memfasilitasi pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Indonesia. IDFC juga bekerja sama dengan institusi keuangan serupa dari Australia dan Jepang untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengelolaan dana abadi atau Sovereign Wealth Fund yang digagas pemerintah juga menarik minat IDFC yang akan mengucurkan investasinya, untuk membantu pengembangan infrastruktur di Indonesia. Uni Emirat Arab (UEA) juga menjadi negara yang sudah lebih dulu menyatakan minatnya untuk berinvestasi melalui SWF.
Presiden Jokowi sempat melakukan pertemuan dengan Adam Boehler di Istana Negara pada 10 Januari 2020 lalu. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengatakan kalau pemerintah membutuhkan investasi untuk pembangunan Indonesia dari lembaga keuangan asal Amerika Serikat itu.
Adapun Komitmen kerja sama tersebut akan difokuskan dalam pengembangan di bidang farmasi, pertahanan dan keamanan, energi, serta untuk Sovereign Wealth Fund (SWF) yang akan menjadi wadah pendanaan baru untuk proyek di Indonesia.
Pihak Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi pun belum mau berbicara banyak perihal calon perusahaan AS yang akan relokasi.
"Kita belum bisa disclose. Sekarang pembicaraan masih G to G antara Pak Menko (Luhut) dengan CEO US IDFC (United States International Development Finance Corporation), Adam Boehler," kata Juru Bicara Kemenko Marves Jodi Mahardi kepada CNBC Indonesia.(13/5/2020)
Kesempatan emas untuk menarik banyak perusahaan AS sebenarnya dimiliki oleh Indonesia. Pada Agustus 2019 lalu, mengutip laporan CNBC International setidaknya sudah ada 50 lebih perusahaan yang memindahkan produksinya ke luar China akibat perang dagang yang berkepanjangan.
Perusahaan-perusahaan itu di antaranya adalah perusahaan pembuat iPhone Apple Inc, perusahaan game Nintendo, hingga perusahaan komputer HP dan Dell.
Nikkei melaporkan bahwa HP dan Dell mungkin akan memindahkan hingga 30% dari produksi notebook mereka dari China ke negara lain di Asia Tenggara. Sementara Apple dikabarkan sudah meminta pemasok utamanya untuk menghitung implikasi biaya dengan memindahkan 15% hingga 30% dari kapasitas produksinya dari China ke India.
*(red)