Jakarta, Corong Demokrasi,- Badan Penelitian Pengembangan Kementerian Pertahanan di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat, ThorCon International untuk mengembangkan kekuatan nuklir Indonesia.
Kerja sama ini diresmikan pada Rabu (22/7/2020) lalu, melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka pengembangan teknologi Thorium Molten Salt Reactor (TMSR).
Kepala Balitbang Kementerian Pertahanan Anne Kusmayati menjelaskan pengembangan thorium ini merupakan salah satu upaya menyiapkan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di luar sumber energi fosil.
"Mengingat sumber energi fosil semakin langka dan pertimbangan masa pembangunan PLTN yang sangat lama. Sehingga program litbang pengembangan daya berbasis throium yang telah dimulai pada tahun anggaran 2019," ungkapnya dikutip dari keterangan tertulis, (24/7/2020).
Ia pun menyatakan program ini kemungkinan akan terus berlangsung hingga renstra 2020-2024 dan dapat berlanjut hingga seterusnya.
Dalam kerja sama ini ThorCon International bakal memandu pengembangan reaktor TMSR skala kecil dibawah 50 MW. Rencananya proyek ini akan ditempatkan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
"Melalui kerja sama ini dapati dilihat sebagai kebangkitan nuklir Indonesia dan titik awal Indonesia menjadi bangsa besar," ungkap Kepala Perwakilan ThorCon International, Bob S. Effendi.
Ia menyatakan penggunaan Thorium sebagai bahan bakar nuklir di bidang ketenaganukliran lebih aman dan sulit dijadikan bahan pembuatan senjata nuklir. Keberadaan thorium di Indonesia, katanya.
Kerja sama ini diresmikan pada Rabu (22/7/2020) lalu, melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka pengembangan teknologi Thorium Molten Salt Reactor (TMSR).
Kepala Balitbang Kementerian Pertahanan Anne Kusmayati menjelaskan pengembangan thorium ini merupakan salah satu upaya menyiapkan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di luar sumber energi fosil.
"Mengingat sumber energi fosil semakin langka dan pertimbangan masa pembangunan PLTN yang sangat lama. Sehingga program litbang pengembangan daya berbasis throium yang telah dimulai pada tahun anggaran 2019," ungkapnya dikutip dari keterangan tertulis, (24/7/2020).
Ia pun menyatakan program ini kemungkinan akan terus berlangsung hingga renstra 2020-2024 dan dapat berlanjut hingga seterusnya.
Dalam kerja sama ini ThorCon International bakal memandu pengembangan reaktor TMSR skala kecil dibawah 50 MW. Rencananya proyek ini akan ditempatkan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
"Melalui kerja sama ini dapati dilihat sebagai kebangkitan nuklir Indonesia dan titik awal Indonesia menjadi bangsa besar," ungkap Kepala Perwakilan ThorCon International, Bob S. Effendi.
Ia menyatakan penggunaan Thorium sebagai bahan bakar nuklir di bidang ketenaganukliran lebih aman dan sulit dijadikan bahan pembuatan senjata nuklir. Keberadaan thorium di Indonesia, katanya.
"Tak hanya itu, thorium memiliki densitas energi yang jutaan kali lebih besar dari energi fosil dan tidak menghasilkan emisi. Sehingga bukan saja ramah lingkungan, tapi juga dapat menggantikan batu bara sebagai energi andalan yang tidak lama lagi akan habis," lanjutnya.
*(val)