KUTAI TIMUR,- Polemik di tubuh Himpunan Pelajar Mahasiswa Kutai Timur (HIPMA-KT) belum usai. Pasalnya beberapa cabang akan mengugat hasil MUNAS kemarin.
Mahendra Jayadi, Demisioner Ketua HIPMA-KT Cab. Balikpapan, mengatakan "Pasca MUNAS kemarin saya dan beberapa cabang selalu membangun komunikasi terkait apa saja kinerja-kinerja HIPMA-KT Pusat, karena kami di cabang tidak di akomodir dan tetap menggerakkan roda organisasi cabang secara mandiri," tuturnya.
"Kami tanyakan mulai dari anggaran, program kerja dan kegiatan serta sosialisasi karena sampai sekarang tidak ada program yang berjalan," ungkap Mahen.
Menurut Mahen ini menjadi persoalan yang serius, karena HIPMA-KT Pusat menerima bantuan anggaran dari Pemerintah Daerah.
Lanjut Mahen, Ketidakseriusan Ketua Pusat yang sekarang menjadi faktor utama masalah. Tak heran mengapa banyak organisasi akhirnya memecah diri menjadi organisasi kecamatan karena mereka merasa HIPMA-KT sekarang tak punya arah yang jelas, pungkas Alumni STT Migas ini.
"Saya menilai selama ini HIPMA-KT Pusat hanya menjadi ajang pasang nama dan menghambur-hamburkan anggaran dana hibah yang tidak tepat sasaran. Terbukti LPJ yang disajikan Ketua Umum terdahulu juga rancuh menurut saya alokasi dananya," tegas Mahen.
"HIPMA-KT Pusat juga tidak serius mengawasi Beasiswa Kutim Cemerlang, dua tahun belakangan beasiswa tidak dikeluarkan pemerintah harusnya. Seharusnya HIPMA-KT Pusat mengupayakan hak-hak mahasiswa Kutim tapi hal ini tidak dilakukan. Dan santer terdengar kabar bahwa beberapa asrama mahasiswa Kutim akan ditiadakan. Ini jelas karena Ketua Pusatnya memang tidak becus", tutup Mahen.*(red)
Mahendra Jayadi, Demisioner Ketua HIPMA-KT Cab. Balikpapan, mengatakan "Pasca MUNAS kemarin saya dan beberapa cabang selalu membangun komunikasi terkait apa saja kinerja-kinerja HIPMA-KT Pusat, karena kami di cabang tidak di akomodir dan tetap menggerakkan roda organisasi cabang secara mandiri," tuturnya.
"Kami tanyakan mulai dari anggaran, program kerja dan kegiatan serta sosialisasi karena sampai sekarang tidak ada program yang berjalan," ungkap Mahen.
Menurut Mahen ini menjadi persoalan yang serius, karena HIPMA-KT Pusat menerima bantuan anggaran dari Pemerintah Daerah.
Lanjut Mahen, Ketidakseriusan Ketua Pusat yang sekarang menjadi faktor utama masalah. Tak heran mengapa banyak organisasi akhirnya memecah diri menjadi organisasi kecamatan karena mereka merasa HIPMA-KT sekarang tak punya arah yang jelas, pungkas Alumni STT Migas ini.
"Saya menilai selama ini HIPMA-KT Pusat hanya menjadi ajang pasang nama dan menghambur-hamburkan anggaran dana hibah yang tidak tepat sasaran. Terbukti LPJ yang disajikan Ketua Umum terdahulu juga rancuh menurut saya alokasi dananya," tegas Mahen.
"HIPMA-KT Pusat juga tidak serius mengawasi Beasiswa Kutim Cemerlang, dua tahun belakangan beasiswa tidak dikeluarkan pemerintah harusnya. Seharusnya HIPMA-KT Pusat mengupayakan hak-hak mahasiswa Kutim tapi hal ini tidak dilakukan. Dan santer terdengar kabar bahwa beberapa asrama mahasiswa Kutim akan ditiadakan. Ini jelas karena Ketua Pusatnya memang tidak becus", tutup Mahen.*(red)