Kecaman dan hantaman datang bertubi tubi mengenai para penuntut ilmu yang sebagian besar berlabelkan mahasiswa.
"Jangan pulang nanti kalian bawah penyakit, tinggal saja di rumah, jangan sok jago, kasana kamari terus padahal dorang ini ba bawah penyakit". Dari sekian bnyak kalimat yang keluar dari mulut masyarakat desa.
Satu hal yang ingin saya ungkapkan kepada kita semua, bahwa yang terjadi pada hari ini bukan kemauan kami para mahasiswa.
Kuliah dalam ruangan kini telah berganti menjadi kuliah dalam genggaman (ponsel) di kabupaten tercinta kita BANGGAI KEPULAUAN tidak semua desa dapat merasakan jaringan dengan mudah sehingga ini sangat menyulitkan masyarakat terlebih dalam kondisi sekarang ini, bukan karena ingin kesana kemari tanpa arah tetapi para mahasiswa yang sudah pulang harus rela naik naik ke puncak gunung atau lari lari ke tepi pantai agar mendapat sinyal yang bagus dan bisa mengikuti ujian yang bersistem online bahkan ujian online jangan sampai wisuda pun online membayangkan saja sudah begitu menggelikan.
Sebagian dari para mahasiswa sebenarnya bahkan tidak mau pulang, bukan karena tidak takut pada wabah ini, tetapi kekhawatiran orang tua mereka yang harus dituntaskan karena hanya kepulangan anaknyalah sehingga bisa terlepas dari rasa gelisah.
Jadi berhentilah mengecam kami, kami memang harus pulang setidaknya dalam perjalanan kami sudah berusaha menjaga diri karena kami pun tak mau terinfeksi.
Jadi para masyarakat patut dipahami bahwa ini sama halnya seperti bencana alam jika kalian khawatir tentang keselamatan anak kalian yang berada di zona bahaya seperti tragedi di Palu tahun lalu, sama halnya dengan sekarang ini mereka yg berada di area zona merah virus CORONA pun ingin selamat dan pulang merasakan udara segar di kampung halaman.
Akankah kalian melarang itu? Tegakah pemerintah melarang mahasiswa pulang ke rumah sendiri?
Tidak hanya soal virus Corona bertahan dan tetap tinggal di rantauan saat ini juga membuat kesulitan untuk memperoleh bahan makanan, semuanya serba naik beras, minyak, bahkan indomie, telur andalan para mahasiswa rantau juga ikut naik.
Bayangkan jika kita bertukar posisi, dalam kondisi kepanikan, dilarang keluar rumah, bahan makanan di kos habis, kiriman belum datang, bahan makanan mulai langka dan mahal, bisa jadi bukan mati karena virus tetapi karena kelaparan.
Tahan lapar harusnya sudah biasa bagi mahasiswa, minum obat promag atau antasida semuanya beres. Tetapi, situasi saat ini begitu berbeda semuanya mencekam dalam ketakutan.
Karena musuh kita tak nampak, dan jumlahnya tidak dapat dipastikan, tetapi kekuatannya tidak bisa dianggap sepele.
Kami pun ingin bersama keluarga kami disaat seperti ini jadi jangan batasi kepulangan kami, tapi bantulah kami mengantisipasi atau meminimalisir resiko di perjalanan itu mungkin akan lebih baik, jadilah pemerintah yang bijak dalam menanggapi situasi.
Semoga badai ini segera berlalu, marilah kita saling menguatkan untuk semua masyarakat Banggai Kepulauan, semangat untuk kita semua pau-pau lipu doi mian na lipu.
Kinantauan!
Penulis : Sari Wahyuni
Sekretaris Bidang Keilmuan dan Kaderisasi IKMBM (Ikatan Keluarga Mahasiswa BANGKEP Makassar)
"Jangan pulang nanti kalian bawah penyakit, tinggal saja di rumah, jangan sok jago, kasana kamari terus padahal dorang ini ba bawah penyakit". Dari sekian bnyak kalimat yang keluar dari mulut masyarakat desa.
Satu hal yang ingin saya ungkapkan kepada kita semua, bahwa yang terjadi pada hari ini bukan kemauan kami para mahasiswa.
Kuliah dalam ruangan kini telah berganti menjadi kuliah dalam genggaman (ponsel) di kabupaten tercinta kita BANGGAI KEPULAUAN tidak semua desa dapat merasakan jaringan dengan mudah sehingga ini sangat menyulitkan masyarakat terlebih dalam kondisi sekarang ini, bukan karena ingin kesana kemari tanpa arah tetapi para mahasiswa yang sudah pulang harus rela naik naik ke puncak gunung atau lari lari ke tepi pantai agar mendapat sinyal yang bagus dan bisa mengikuti ujian yang bersistem online bahkan ujian online jangan sampai wisuda pun online membayangkan saja sudah begitu menggelikan.
Sebagian dari para mahasiswa sebenarnya bahkan tidak mau pulang, bukan karena tidak takut pada wabah ini, tetapi kekhawatiran orang tua mereka yang harus dituntaskan karena hanya kepulangan anaknyalah sehingga bisa terlepas dari rasa gelisah.
Jadi berhentilah mengecam kami, kami memang harus pulang setidaknya dalam perjalanan kami sudah berusaha menjaga diri karena kami pun tak mau terinfeksi.
Jadi para masyarakat patut dipahami bahwa ini sama halnya seperti bencana alam jika kalian khawatir tentang keselamatan anak kalian yang berada di zona bahaya seperti tragedi di Palu tahun lalu, sama halnya dengan sekarang ini mereka yg berada di area zona merah virus CORONA pun ingin selamat dan pulang merasakan udara segar di kampung halaman.
Akankah kalian melarang itu? Tegakah pemerintah melarang mahasiswa pulang ke rumah sendiri?
Tidak hanya soal virus Corona bertahan dan tetap tinggal di rantauan saat ini juga membuat kesulitan untuk memperoleh bahan makanan, semuanya serba naik beras, minyak, bahkan indomie, telur andalan para mahasiswa rantau juga ikut naik.
Bayangkan jika kita bertukar posisi, dalam kondisi kepanikan, dilarang keluar rumah, bahan makanan di kos habis, kiriman belum datang, bahan makanan mulai langka dan mahal, bisa jadi bukan mati karena virus tetapi karena kelaparan.
Tahan lapar harusnya sudah biasa bagi mahasiswa, minum obat promag atau antasida semuanya beres. Tetapi, situasi saat ini begitu berbeda semuanya mencekam dalam ketakutan.
Karena musuh kita tak nampak, dan jumlahnya tidak dapat dipastikan, tetapi kekuatannya tidak bisa dianggap sepele.
Kami pun ingin bersama keluarga kami disaat seperti ini jadi jangan batasi kepulangan kami, tapi bantulah kami mengantisipasi atau meminimalisir resiko di perjalanan itu mungkin akan lebih baik, jadilah pemerintah yang bijak dalam menanggapi situasi.
Semoga badai ini segera berlalu, marilah kita saling menguatkan untuk semua masyarakat Banggai Kepulauan, semangat untuk kita semua pau-pau lipu doi mian na lipu.
Kinantauan!
Penulis : Sari Wahyuni
Sekretaris Bidang Keilmuan dan Kaderisasi IKMBM (Ikatan Keluarga Mahasiswa BANGKEP Makassar)