Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita


Negara Terkecil Kedua di Afrika Tengah

July 12, 2019 Last Updated 2020-09-03T12:47:25Z


Mungkin sebagian dari kita tidak mengetahui, negara terkecil di Afrika yang Luasnya hanya 67% dari luas DKI Jakarta. Sebuah negara berbentuk kepulauan yang terletak 300 km dekat garis khatulistiwa, dan 250 km dekat Samudra Atlantik, dan terletak di sebelah utara-barat lepas pantai Gabon. Terdiri dari beberapa pulau kecil bergunung api, dua nama pulau terbesarnya São Tomé, dan Principe. di abad 20, negara ini menjadi produsen gula terbesar di dunia, dan juga penghasil kopi terbaik di dunia karena di suguhi lahan-lahan yang sangat subur.

Negara dengan sistem pemerintahan republik demokratis perwakilan semi-presidensial yang kesatuan, di mana Presiden São Tomé dan Príncipe adalah kepala Negara dan Perdana Menteri São Tomé dan Príncipe adalah kepala pemerintahan, dan dari system multi-partai. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Presiden dan Pemerintah. Kekuasaan legislatif berada di tangan pemerintah dan Majelis Nasional. Peradilan adalah independen dari eksekutif dan legislatif. São Tomé telah berfungsi di bawah sistem multipartai sejak 1990. Menyusul diundangkannya konstitusi baru pada tahun 1990, São Tomé dan Príncipe mengadakan pemilihan multipartai untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan. Tak lama setelah konstitusi berlaku, Majelis Nasional secara resmi melegalkan partai-partai oposisi. Kandidat independen juga diizinkan untuk berpartisipasi dalam pemilihan legislatif Januari 1991.

Negara dengan jumlah penduduk 187.356 jiwa, memiliki PDB sebesar $624 juta dengan PDB perkapita sebesar $3.153 memiliki semboyan yakni Unidade, Disciplina, Trabalho yang jika di indonesia kan artinya adalah Persatuan, Disiplin, dan Kerja. Negara yang merdeka pada 12 juli 1975 memiliki nama resmi Democratic Republic of São Tomé and Príncipe di konversi ke indonesia menjadi Republik Demokratik Sao Tome dan Principe. Di peta dunia, negara yang terdiri dari dua pulau besar, bagaikan dua noktah yang terletak di Teluk Guinea di lepas pantai barat Afrika, São Tomé terletak hampir di khatulistiwa dan Príncipe terletak agak ke timur laut São Tomé.


Lambang Negara


Dinamika Politiknya

Pada akhir 1950-an, ketika negara-negara berkembang lainnya di seluruh benua Afrika menuntut kemerdekaan, sekelompok kecil São Toméans telah membentuk Gerakan untuk Pembebasan Sao Tome dan Principe (MLSTP), yang akhirnya mendirikan basisnya di dekat Gabon. Mengambil momentum pada tahun 1960, peristiwa tersebut bergerak cepat setelah penggulingan diktator Caetano di Portugal pada bulan April 1974. Kejatuhan diktatur Portugal membuat Rezim Portugis baru berkomitmen untuk pembubaran koloni di luar negeri  pada bulan November 1974, wakil-wakil mereka bertemu dengan MLSTP di Aljir dan bekerja keluarkan kesepakatan untuk transfer kedaulatan. Setelah masa pemerintahan transisi, Sao Tome dan Principe mencapai kemerdekaan serta memilih sebagai presiden pertama, yaitu Sekretaris Jenderal MLSTP Manuel Pinto da Costa. MLSTP (Movimento de Libertação de São Tomé e Príncipe) atau biasa disebut PSD ( Partai Sosial Demokratik ) pun menjadi sebuah partai dengan ideologi sosialisme demokratis dan tergabung dalam Aliansi Progresif Sosialis Internasional. Perkebunan yang 90% dari luas lahan yang ada dan bekas jajahan Portugis, dengan segera di ambil untuk dijadikan perusahaan milik negara.

Pasca kemerdekaan negara terkecil kedua di afrika ini semakin teruji oleh gejolak politik internal. Pada tahun 1990, Sao Tome menjadi salah satu negara Afrika pertama yang merangkul reformasi demokrasi, dan perubahan konstitusi - legalisasi partai politik oposisi - menyebabkan pemilu tahun 1991 yang tanpa kekerasan, bebas, dan transparan. Miguel Trovoada, mantan perdana menteri yang telah di pengasingan sejak 1986, kembali sebagai calon independen dan terpilih sebagai presiden. Trovoada terpilih kembali dalam pemilihan presiden multi partai kedua São Tomé tahun 1996.

Partai Demokrat Convergence (PCD) sebuah partai beraliran demokrasi liberal konservatif memenangkan mayoritas kursi di Majelis Nasional, dan menempatkan rivalnya MLSTP menjadi partai minoritas penting dan vokal. Pemilihan kota diikuti pada akhir tahun 1992, di mana MLSTP memenangkan mayoritas kursi di lima dari tujuh dewan daerah. Pada pemilu legislatif pada awal Oktober 1994, MLSTP memenangkan sebagian besar kursi di Majelis. Ini kembali suara mayoritas kursi di pemilu November 1998. Pemilihan presiden diadakan pada bulan Juli 2001. Kandidat yang didukung oleh Partai Aksi Demokrasi Independen sebuah partai beraliran liberalism, yakni Fradique de Menezes seorang pengusaha, terpilih pada putaran pertama dan diresmikan pada tanggal 3 September. Pemilihan parlemen yang diadakan pada bulan Maret 2002. Selama empat tahun ke depan, serangkaian pemerintah oposisi yang dipimpin singkat akhirnya terbentuk.

Tentara merebut kekuasaan selama satu minggu pada bulan Juli 2003, mengeluh korupsi dan bahwa pendapatan minyak yang akan datang tidak akan dibagi secara adil. Tidak berlangsung lama, Kesepakatan dinegosiasikan di mana Presiden de Menezes kembali ke kantor. Namun, Masa hidup bersama ini berakhir pada bulan Maret 2006, ketika sebuah koalisi pro-presiden memenangkan cukup kursi dalam pemilihan Majelis Nasional untuk membentuk pemerintahan baru. Sehingga dalam pemilihan presiden 30 Juli 2006, Fradique de Menezes dengan mudah memenangkan periode keduanya,dengan mengalahkan dua kandidat lainnya Patrice Trovoada (putra mantan Presiden Miguel Trovoada) dan dari perwakilan independen Nilo Guimarães. Pemilu lokal, yang pertama sejak 1992, berlangsung pada tanggal 27 Agustus 2006 dan didominasi oleh anggota koalisi yang berkuasa. Pada 12 Februari 2009. Ada upaya kudeta untuk menggulingkan Presiden Fradique de Menezes oleh Komplotan kudeta namun dipenjarakan oleh rezim. Tidak berselang lama komplotan kembali mendapat pengampunan dari Presiden de Menezes.

Dalam pemilihan parlemen terbaru yang diadakan pada 1 Agustus 2010, MLSTP menjadi partai terbesar kedua setelah ADI, memenangkan 21 kursi. Pada 2011, Pinto da Costa kader MLSTP akhirnya berhasil mendapatkan kembali kursi kepresidenan, meskipun secara resmi mencalonkan diri sebagai seorang Independen.



×
Berita Terbaru Update